TEMPO.CO, Riyadh – Dewan Kerja Sama Teluk atau GCC menggelar pertemuan puncak tahunan ke 39 di Riyadh, Arab Saudi, pada Ahad, 9 Desember 2018.
Baca:
Pertemuan ini digelar di tengah hubungan yang memburuk antara Arab Saudi dan Qatar serta munculnya kasus pembunuhan brutal kolumnis Washington Post, Jamal Khashoggi.
Pertemuan sehari ini dihadiri enam negara anggota dan fokus pada isu keamanan seperti perang Yaman, aktivitas regional Iran, dan boikot atas Qatar.
Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Mesir, yang bukan anggota GCC memutuskan hubungan dengan Qatar pada Juni 2017 setelah menuding negara itu mendukung terorisme.
Baca:
Pemerintah Qatar membantah tuduhan itu dan menilai aksi boikot sebagai upaya untuk melanggar kedaulatan negaranya.
“Raja Saudi telah mengundang emir Qatar ke pertemuan puncak ini tapi Doha belum menjelaskan perwakilan pada level apa yang akan datang,” begitu dilansir Reuters pada Ahad, 9 Desember 2018 waktu setempat.
GCC, yang didirikan pada 1980, merupakan upaya untuk mengimbangi dua negara besar di Teluk yaitu Irak dan Iran.
Kelompok advokasi HAM, Amnesty International, menyerukan kepada negara anggota GCC melepaskan semua aktivis pengkritik yang ditahan.
Baca:
“Para pemimpin Teluk tidak dapat lagi beroperasi seakan mereka memiliki kartu kosong untuk memperlakukan warga negara sebagai kriminal saat masyarakat mengekspresikan kritiknya tanpa para pemimpin merasa tidak khawatir bakal mendapat balasan dari dunia internasional,” kata Heba Morayef, direktur kampanye AI di Timur Tengah seperti dilansir Reuters.
Pemerintah AS telah menekan Riyadh untuk menghentikan perang di Yaman pasca terungkapnya pembunuhan Jamal Khashoggi. AS juga meminta Saudi memperbaiki hubungan dengan Qatar agar bersatu melawan Iran.
Baca:
“Sejak krisir pertama GCC pada 2014, dewan itu menunjukkan ketidak-mampuannya untuk memediasi atau mengambil peran signifikan meredakan ketegangan diantara negara anggota,” kata Luciano Zaccara, seorang peneliti politik di Qatar University, kepada Aljazeera.