TEMPO.CO, Washington – Pemerintah Amerika Serikat meminta pemerintah Rusia untuk menghilangkan rudal jelajah 9M729, yang memiliki hulu ledak nuklir, serta alat peluncurnya.
Baca:
Opsi lainnya, Rusia bisa memodifikasi jangkauan senjata canggih ini agar mengikuti perjanjian pengendalian senjata yang disepakati pada era Perang Dingin.
Seorang pejabat senior AS mengatakan jika langkah ini dilkaukan maka bisa menghindarkan rencana AS untuk keluar dari perjanjian kesepakatan itu.
“Bisa hilangkan sistem itu, hilangkan peluncur, atau ubah sistem sehingga tidak melewati batas jangkauan,” kata Andrea Thompson, wakil menteri Luar Negeri bidang Pengendalian Senjata dan Keamanan Internasional, seperti di lansir Reuters pada Jumat, 7 Desember 2018.
Baca:
AS memberi Rusia waktu selama 60 hari untuk mengakhiri pelanggaran perjanjian Kekuatan Rudal Nuklir Jarak Menengah 1987.
AS dan Eropa menuding rudal jelajah 9M729 Novator melanggar batas jarak tempuh 500 – 5000 kilometer. Jika ini tidak dilakukan, AS mengancam akan menarik diri dari perjanjian itu.
Donald Trump tidak acuh saat melewati Vladimir Putin saat sesi foto KTT G20 di Argentina.[REUTERS]
Kemungkinan batalnya perjanjian ini membuat pemerintah negara-negara Eropa merasa khawatir. Alasannya, batalnya perjanjian itu bisa memicu perlombaan senjata baru antara AS dan Rusia. Selain itu, Eropa bisa menjadi medan pertempuran kedua pihak menggunakan senjata nuklir itu.
Baca:
Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat, Jon Huntsman, mengatakan mundurnya AS dari perjanjian tadi tidak berarti negaranya mundur dari perlunya kontrol senjata.
“Kami tetap berkomitmen pada kontrol senjata. Tapi kami butuh rekan terpercaya dan ini tidak terjadi dengan Rusia terkait perjanjian tadi dan perjanjian pada isu lain yang mengalami pelanggaran,” kata Huntsman.
Petinggi militer AS juga mengatakan pelanggaran terhadap perjanjian INF tadi dapat mengganggu perpanjangan perjajian New START, yang membatasi pengerahan senjata nuklir AS dan Rusia, melebih batas akhir 5 Februari 2021.
Baca:
Secara terpisah, seperti dilansir Channel News Asia, Presiden Rusia, Vladimi Putin, mengatakan negaranya bakal mengembangkan jenis rudal yang lebih canggih jika AS keluar dari perjanjian rudal nuklir itu.