Setelah kemerdekaan dari Inggris, Yaman Selatan menjadi satu-satunya negara Komunis di Timur Tengah, tetapi mengalami pertikaian terus-menerus. Diperkuat runtuhnya Uni Soviet, ia bersatu dengan Pro Saleh di Yaman Selatan pada tahun 1990.
Ketika semakin jelas sebagian besar kekuatan berada di tangan kelompok utara, pemimpin selatan yang lama mencoba melepaskan diri pada 1994, tetapi dengan cepat dipadamkan oleh tentara Saleh, yang merebut kota Aden. Banyak orang selatan telah mengeluh meningkatnya marjinalisasi ekonomi dan politik.
Dipimpin oleh jenderal yang berbasis di Abu Dhabi, Aidaro al-Zubaidi, separatis merebut pelabuhan selatan Mukalla dari Al Qaeda dan Aden dari Houthi pada 2015. Mereka memiliki lebih dari 50.000 pejuang, bersenjata dan dilatih oleh UEA.
AL QAEDA DI SEMENANJUNG ARAB
Dibentuk oleh anggota kelompok jihadis global yang telah melarikan diri dari penjara di Yaman dan rekan-rekan mereka yang melarikan diri dari Arab Saudi, Al Qaeda di Semenanjung Arab menjadi salah satu cabangnya yang paling kuat.
Al Qaeda mengambil keuntungan dari kekacauan Arab Spring untuk menciptakan negara-negara kecil di wilayah timur jauh dan meluncurkan banyak serangan berdarah yang melemahkan pemerintahan transisi Hadi.
Video: Pemberontak Houthi Yaman Menuju Stockholm untuk Pembicaraan Damai
Selama perang saudara, Al Qaeda telah melakukan serangan terhadap kedua belah pihak. Kekacauan berkepanjangan di Yaman akan memberikan lebih banyak ruang untuk mengkonsolidasikan dan merencanakan serangan di luar negeri.
KOALISI ARAB
Arab Saudi menganggap Houthi sebagai kaki tangan Iran, saingan regional terbesarnya, dan ingin menghentikan Teheran mendapatkan keuntungan dari konflik di Yaman.
Pasukan kerajaan Saudi telah dikerahkan di sepanjang perbatasan dan di beberapa provinsi Yaman tetapi sebagian besar mengandalkan serangan udara terhadap daerah-daerah yang dikuasai Houthi. Arab Saudi juga menyediakan basis di pengasingan untuk Hadi dan dukungan logistik untuk pertempuran darat di Yaman utara.
Gambar dari rekaman video yang diperoleh dari Arab 24 memperilhatkan pasukan yang dipimpin koalisi Arab berkumpul untuk merebut kembali bandara internasional kota pelabuhan Hodeida, Yaman, dari pemberontak Syiah Houthi pada Sabtu, 16 Juni 2018.[Arab 24 via AP]
Uni Emirat Arab, yang juga mendukung rencana transisi 2012, adalah anggota utama lain dalam koalisi pimpinan Saudi. UEA ingin mencegah militansi Islam yang tumbuh di Yaman dan menganggap pelabuhan negara itu penting secara strategis. Sebelumnya UEA telah mengerahkan beberapa pasukan darat namun menderita kekalahan.
Baca: Kisah Pilu Bocah 7 Tahun Meninggal Kelaparan di Yaman
Akhirnya UEA lebih fokus pada mempersenjatai dan melatih puluhan ribu warga Yaman, sebagian besar dari provinsi selatan, untuk mendapatkan pengaruh.
Negara-negara lain dalam koalisi tidak terlalu terlibat, meskipun Sudan telah menempatkan sejumlah pasukan di darat.
IRAN
Iran mendukung Houthi sebagai bagian dari poros perlawanan regionalnya, dan gerakan tersebut telah mengadopsi elemen-elemen ideologi revolusioner Teheran.
Arab Saudi dan sekutunya menuduh Iran mempersenjatai dan melatih Houthi, namun sejauh mana hubungan itu masih diperdebatkan dan Iran membantah menyalurkan senjata ke Yaman untuk Houthi.