TEMPO.CO, Buenos Aires – Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengatakan tindakan kekerasan dan vandalisme pada unjuk rasa di ibu kota Paris tidak bisa dibenarkan.
Baca:
Dia menilai tindakan kekerasan itu tidak terkait dengan aksi protes damai mengenai kenaikan pajak bahan bakar minyak.
“Tidak ada alasan pasukan keamanan diserang, toko dijarah, bangunan publik dan privat dibakar, para pejalan kaki dan jurnalis diancam di Tugu Kemenangan,” kata Macron dalam jumpa pers di sela-sela KTT G20 di Buenos Aires, Argentina, seperti dilansir Reuters pada 2 Desember 2018.
Macron menuding para pelaku tindak kekerasan di Paris pada unjuk rasa BBM sengaja mencoba menyebarkan kekacauan. Dia mengatakan bakal menggelar pertemuan dengan para menteri senior setibanya di Paris dari acara KTT G20, yang berlangsung 2 hari dan berakhir pada Sabtu, 1 Desember 2018 waktu setempat.
Baca:
Seperti dilansir Reuters, pasukan anti-huru hara Prancis berjibaku dalam ‘pertempuran jalanan’ dengan para pengunjuk rasa jaket kuning di tengah Kota Paris pada Sabtu, 1 Desember 2018.
Polisi mengatakan telah menangkap setidaknya 300 orang yang melakukan tindak kekerasan. Sekitar 100 orang terluka dalam kerusuhan ini.
Para pengunjuk rasa melempari polisi dengan benda keras, membakar mobil, dan menghancurkan kaca sejumlah toko seperti toko fesyen Chanel, Dior dan toko perusahaan gadget Apple.
Baca:
Sekelompok pengunjuk rasa yang mengenakan topeng dan bertudung terlihat berkeliaran di jalanan menghancurkan kaca bangunan, merusak gedung bank dan membakar mobil.
Polisi menembakkan gas air mata, dan kanon air untuk membubarkan para pengunjuk rasaa di kawasan Champs Elysees, taman Tuilleries Garden di dekat museum terkenal Louvre, dan bagian lain di ibu kota termasuk Opera dan Place de la Bastille. Lusinan stasiun kereta api tutup akibat kerusuhan di Paris ini.
“Kita berada di tengah sebuah kerusuhan besar. Saya tidak pernah melihat sesuatu seperti ini,” kata Jeanne d’Hautessere, wali kota distrik 8 Paris, dekat Tugu Kemenangan.
Baca:
Sebagian pengunjuk rasa meneriakkan tuntutan agar Presiden Prancis Macron mengundurkan diri sambil menyatakan pengunjuk rasa jaket kuning bakal menang. “Saya selalu menghargai perbedaan. Saya akan selalu mendengarkan oposisi. Tapi saya tidak pernah menerima tindak kekerasan,” kata Macron di Argentina.