TEMPO.CO, Jakarta - Media bisnis yang bermarkas di AS, Wall Street Journal, salah sebut Presiden Rusia sebagai Vladimir Trump dalam artikel beritanya.
Dalam artikel daring WSJ yang diterbitkan pada Kamis 29 November, berisi laporan tentang pembatalan pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin selama KTT G20 di Argentina. Namun WSJ menulis Presiden Rusia dengan nama Vladimir Putin, seperti dilaporkan dari Russia Today, 1 Desember 2018.
Baca: Rusia - Ukraina Memanas, Trump Enggan Bertemu Putin di KTT G20
WSJ segera mengkoreksi artikelnya dengan memberikan keterangan dengan tulisan, "Vladimir Putin adalah Presiden Rusia. Kesalahan penyuntingan mengidentifikasi beliau sebagai Vladimir Trump dalam versi awal artikel ini (29 November)."
Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiahkan bola yang dipasangi chip pemancar kepada Presiden AS Donald Trump sehingga muncul kecurigaan chip itu untuk meretas.
Donald Trump memang kerap menerima kritik atas upayanya untuk membangun hubungan yang lebih dekat dengan pemimpin Rusia, meskipun ketegangan yang meningkat antara kedua pemerintah, termasuk atas agresi Moskow di Ukraina dan campur tangannya dalam pemilu 2016, yang disebut pejabat intelijen AS untuk membantu memenangkan Trump.
Baca: Batal Bertemu Putin, Trump Bakal Bertemu PM Australia Jam 5 Pagi
Baru-baru ini eks pengacara pribadi Trump, Michael Cohen, mengaku bersalah telah berbohong ke Kongres AS soal rencana bisnis Trump di Rusia.
Cohen mengaku bersalah setelah dijerat dakwaan federal baru terkait rencana Trump untuk memberi Presiden Vladimir Putin sebuah Penthouse di salah satu apartemen di Moskow.
Harga unit mewah apartemen ini diperkirakan mencapai sekitar US$50 juta atau sekitar Rp 715 miliar.
Michael Cohen, mantan pengacara Presiden Donald Trump, menjelang sesi Pengadilan Federal pada Selasa, 21 Agustus 2018, di New York.(Foto AP / Kevin Hagen)
Dalam kesaksian di pengadilan, Cohen mengaku membicarakan soal kesepakatan properti ini dengan sejumlah orang di Organisasi Trump. "Faktanya, saya mengambil langkah dan mengadakan diskusi dengan individu 1 mengenai rencana melakukan perjalanan ke Rusia," kata Cohen merujuk kepada Trump.
Baca: Bekas Pengacara Mengaku Bersalah, Trump Menyebutnya Lemah
"Cohen bertemu dengan asisten dari sekretaris media Vladimir Putin pada Januari 2016 mengenai proyek ini dan meminta bantuan untuk mendapatkan lahan dan pembiayaan," begitu bunyi dakwaan dokumen eks pengacara Trump selama pengadilan, seperti dikutip Sydney Morning Herald pada Jumat, 30 November 2018.