TEMPO.CO, Washington – Bekas pengacara pribadi Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yaitu Michael Cohen, mengaku bersalah telah berbohong kepada Kongres mengenai rencana bisnis bekas majikannya di Rusia.
Baca:
Cohen mengaku bersalah setelah terkena dakwaan federal baru terkait rencana Trump untuk memberi Presiden Vladimir Putin sebuah Penthouse di salah satu apartemen di Moskow.
Harga unit mewah apartemen ini diperkirakan mencapai sekitar US$50 juta atau sekitar Rp715 miliar.
Dalam kesaksian di pengadilan, Cohen mengaku membicarakan soal kesepakatan properti ini dengan sejumlah orang di Organisasi Trump. “Faktanya, saya mengambil langkah dan mengadakan diskusi dengan individu 1 mengenai rencana melakukan perjalanan ke Rusia,” kata Cohen merujuk kepada Trump.
Baca:
“Cohen bertemu dengan asisten dari sekretaris media Putin pada Januari 2016 mengenai proyek ini dan meminta bantuan untuk mendapatkan lahan dan pembiayaan,” begitu bunyi dakwaan dalam dokumen pengadilan seperti dikutip SMH pada Jumat, 30 November 2018.
Cohen bersedia mengaku bersalah dalam kasus ini dan bekerja sama dengan penasehat khusus Robert S. Mueller dengan mengatakan dia sempat berbohong agar selaras dengan pernyataan publik Trump ada saat kampanye Presiden 2016.
Cohen mengatakan kepada Kongres bahwa proyek itu tidak lagi berjalan pada awal 2016. Padahal, pembicaraan untuk mengerjakan proyek properti itu berlangsung hingga Juni 2016. Cohen mengatakan ini dalam sidang di Pengadilan Federal New York pada Kamis, 29 November 2018.
Baca:
Proyek properti di Moskow ini juga melibatkan Felix Sater, yang merupakan pengusaha properti keturunan Rusia dan bekas mitra bisnis Trump.
Dokumen dakwaan tadi juga menyebut Cohen mengatakan kepada Sater bahwa dia bersedia berangkat ke Moskow untuk mengerjakan proyek ini sebelum digelarnya Konvensi Nasional Partai Republik di Cleveland untuk memilih kandidat Presiden AS dari partai itu.
Menurut Cohen, Trump juga bisa berangkat ke Rusia untuk mengerjakan proyek ini setelah menjadi kandidat capres dari Partai Republik.
Dakwaan itu juga menyebut Sater dan Cohen semapt berbicara memberi Putin sebuah unit Penthouse senilai US$50 juta sebagai cara untuk menjustifikasi kenaikan harga unit lainnya dengan total US$250 juta atau sekitar Rp3.6 triliun.
Baca:
“Saya pikir jika Vladimir Putin tinggal di menara apartemen itu maka setiap orang kaya Rusia bakal mau membeli unit apartemen di sana,” kata Sater. Menurut Sater, ini bukanlah penawaran resmi melainkan sekadar obrolan dengan Cohen agar bisa mendapatkan banyak pemasukan dari penjualan properti itu.
Jika ini terbukti maka ini menunjukkan Trump terus berusaha membangun bisnis di Rusia pada saat masa kampanye pilpres AS. Padahal saat itu, Trump membantah memiliki kepentingan bisnis apapun di Rusia. Sedangkan otoritas keamanan AS mendeteksi adanya upaya dari Rusia untuk memenangkan Trump pada pilpres itu lewat berbagai cara seperti peretasan, dan kampanye di sosial media.
Soal ini, Trump menuding Cohen telah berbohong. “Ini merupakan orang lemah dan bukan orang yang sangat pandai,” kata Trump kepada jurnalis di Gedung Putih saat hendak berangkat ke Buenos Aires, Argentina. Trump menuding Cohen mencoba mengurangi masa hukuman dengan mengarang cerita. “Michael Cohen berbohong,” kata Trump.