TEMPO.CO, Jakarta - Ukraina memberlakukan darurat militer selama 30 hari di beberapa bagian negara yang paling rentan terhadap serangan dari Rusia, setelah Presiden Petro Poroshenko memperingatkan ancaman serius serangan darat Rusia.
Dilaporkan dari Reuters, 27 November 2018, Poroshenko mengatakan darurat militer yang mulai diberlakukan pada 26 November, diperlukan untuk memperkuat pertahanan Ukraina setelah Rusia menyita tiga kapal perang angkatan laut Ukraina dan menahan awaknya.
Baca: Rusia Tangkap Kapal Perang, Presiden Ukraina: Darurat Militer
Parlemen Ukraina menyetujui proposal UU darurat militer setelah Poroshenko meyakinkan beberapa anggota parlemen yang awalnya skeptis UU militer tidak akan digunakan untuk mengekang kebebasan sipil atau menunda pemilihan Ukraina tahun depan.
Sebuah kapal perang bersenjata artileri miliki Ukraina dan kapal tunda terlihat berlabuh di pelabuhan Kerch, Crimea, Rusia pada 26 November 2018. Reuters
Poroshenko mengatakan data intelijen menunjukkan ada ancaman yang sangat serius dari operasi darat Rusia terhadap Ukraina.
"Saya memiliki dokumen intelijen di tangan saya...Di sini, di beberapa halaman adalah penjelasan rinci tentang semua kekuatan musuh yang terletak pada jarak beberapa puluh kilometer dari perbatasan kita. Siap setiap saat untuk invasi langsung ke Ukraina," katanya.
Undang-undang darurat akan memungkinkan Ukraina untuk menanggapi dengan cepat setiap invasi dan memobilisasi sumber daya secepat mungkin.
Baca: Memanas, Presiden Ukraina Tuding Pasukan Rusia Siap Invasi
Melalui panggilan telepon kepada Poroshenko, Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, menawarkan dukungan penuh untuk integritas teritorial dan kedaulatan Ukraina. Meskipun Ukraina bukan anggota NATO.
Sementara Kementerian Luar Negeri Rusia menyalahkan Ukraina atas krisis.
"Jelas bahwa provokasi yang dipikirkan dengan seksama dan direncanakan ini bertujuan untuk memicu ketegangan lain di kawasan itu untuk menciptakan dalih upaya meningkatkan sanksi terhadap Rusia," kata Kemenlu Rusia.
Rusia menahan tiga kapal Ukraina di pelabuhan Kerch karena kapal itu diduga memasuki kawasan laut secara ilegal. Ada dua kapal kecil bersenjata artileri dan sebuah kapal tunda yang ditangkap. FSB - TASS
Krisis pecah ketika kapal-kapal patroli perbatasan milik FSB Rusia menyita dua kapal perang Ukraina dan sebuah perahu tunda setelah melepaskan tembakan ke arah mereka dan melukai tiga pelaut pada Minggu 25 November. Ukraina mengatakan Rusia menembaki kapal-kapalnya.
Kapal Ukraina telah mencoba memasuki Laut Azov dari Laut Hitam melalui Selat Kerch sempit yang memisahkan Crimea dari daratan Rusia.
Baca: Pernyataan 5 Negara Soal Insiden Rusia dan Ukraina
Kantor berita Interfax mengutip komisioner hak asasi manusia Rusia, Tatyana Moskalkova, mengatakan pada Senin bahwa 24 pelaut Ukraina ditahan. Tiga dari pelaut terluka tetapi tidak dalam kondisi kritis dan sedang dalam pemulihan di rumah sakit.
Intelijen militer Rusia, FSB, mengatakan kapal perang Ukraina mengabaikan tembakan peringatan, memaksa kapal Rusia untuk melepaskan tembakan langsung, setelah dituduh memasuki perairan teritorial Rusia secara ilegal.