TEMPO.CO, Paris – Aksi unjuk rasa di ibu kota Paris, Prancis, berlangsung rusuh pada Sabtu, 24 November 2018. Sekitar 8000 orang terlibat bentrok dengan polisi, yang menjaga kawasan sekitar Istana Champs Elysees. Sepekan sebelumnya, unjuk rasa diikuti 280 ribu orang, yang digelar di berbagai kota.
Baca:
Usai Demo Rusuh di Paris, Menteri Prancis Kumpulkan Pengusaha
Pengunjuk rasa pada Sabtu kemarin membakar sejumlah tumpukan barikade dan beradu pukul dengan polisi. Polisi lalu membubarkan pengunjuk rasa dengan gas air mata.
Mereka memprotes kebijakan kenaikan pajak diesel dan bensin, yang dilakukan pemerintah sejak akhir 2017. Sejauh ini, dua orang tewas akibat aksi unjuk rasa yang terjadi sejak dua pekan terakhir setiap akhir pekan.
Baca:
Berikut ini sejumlah fakta mengenai unjuk rasa seperti dilansir Euronews dan Reuters:
- Pajak Solar dan Bensi Naik
Kenaikan harga minyak mentah dunia sejak tahun lalu membuat pemerintah menaikkan pajak solar dan bensi. Sejak awal tahun pajak solar naik 7.6 sen per liter dan pajak bensin naik 3.9 sen per liter.
Baca:
- Jaket Garis Kuning
Para pengunjuk rasa berunjuk rasa mengenakan jaket berwarna kuning. Jaket ini biasa dikenakan petugas untuk menangani kecelakaan motor di jalan. Pengunjuk rasa dimotori para pengendara motor yang memprotes kenaikan harga solar, yang banyak digunakan para pengguna motor.
- Pajak Karbon
Pemerintah Macron menerapkan pajak karbon, yang telah diputuskan oleh pemerintahan Francois Hollande pada 2014. Pajak ini ditujukan untuk membatasi emis karbon dari kendaraan. Pemerintah bakal menaikkan terus pajak karbon ini dari 39 euro (sekitar Rp641 ribu) pada 2018 menjadi 47.5 euro (sekitar Rp781 ribu) pada 2019. Pajak ini masuk dalam kategori pajak konsumsi domestik.
Foto:
- Pajak untuk Apa?
Pemerintah Prancis menargetkan mendapatkan pemasukan sekitar 7.8 miliar euro (sekitar Rp128 triliun) pada 2019. Dana dari pajak ini digunakan untuk membiayai proyek ramah lingkungan, membangun infrastruktur, dan pengembangan teknologi ramah lingkungan atau teknologi hijau.