TEMPO.CO, Abu Dhabi – Bekas kepala intelijen Arab Saudi, Pangeran Turki al-Faisal, meragukan laporan lembaga intelijen Amerika Serikat CIA mengenai kaitan antara Putra Mahkota Pangeran Mohammed dan pembunuhan kolumnis Washington Post, Jamal Khashoggi.
Baca:
Pangeran Turki, yang pernah menjabat sebagai kepala intelijen Arab Saudi selama sekitar 20 tahun, mengatakan CIA tidak bisa diandalkan untuk memberikan kesimpulan yang kredibel dalam kasus yang diduga melibatkan MBS, yang merupakan sebutan putra mahkota.
“CIA bukan standar terrtinggi untuk kebenaran dan akurasi dalam membuat kesimpulan mengenai situasi. Ada banyak contoh,” kata Pangeran Turki, seorang anggota kerajaan senior, kepada jurnalis dalam sebuat konferensi yang digelar Beirut Institute di Abu Dhabi pada Sabtu, 24 November 2018 seperti dilansir Reuters.
Baca:
Pangeran Turki, yang juga pernah menjabat sebagai duta besar untuk Amerika Serikat, menyebut contoh seperti kesimpulan lembaga intelijen ini bahwa Irak memiliki senjata kimia sebelum invasi AS pada 2003 sebagai tidak cukup layak.
“Itu merupakan kesimpulan paling tidak akurat dan keliru yang paling jelas, yang berujung pada perang besar dengan ribuan orang terbunuh,” kata Pangeran Turki.
Baca:
Dia melanjutkan kritiknya terhadap CIA. “Saya tidak mengerti mengapa CIA tidak menjalani proses pengadilan di AS. Ini jawaban saya untuk kesimpulan mereka mengenai siapa yang bersalah dan siapa yang tidak dan siapa yang melakukan apa di kantor konsulat di Istanbul,” kata Pangeran Turki.
Wartawan Arab Saudi, Jamal Khashoggi (lingkar merah), diperiksa petugas saat tiba di Konsulat Jenderal Arab Saudi di Istanbul, Turki, 2 Oktober 2018. Jamal Khashoggi dikenal sebagai kolumnis surat kabar dan komentator yang kritis terhadap rezim Arab Saudi saat ini, Mohammed bin Salman. Courtesy TRT World/Handout via Reuters
Seperti dilansir CNBC sebelumnya, CIA menyimpulkan Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed, terlibat memberikan perintah pembunuhan Khashoggi. Kesimpulan ini diungkap oleh Washington Post sebelum dilaporkan secara resmi kepada Presiden AS, Donald Trump. CIA juga melaporkan kesimpulan ini, seperti dilansir Reuters, kepada sejumlah lembaga pemerintahan AS lainnya pada pekan lalu.
Namun, Trump menyampaikan sikap berbeda atas kesimpulan CIA ini dengan mengatakan pembunuhan itu bisa jadi diketahui oleh MBS, yang merupakan sebutan putra mahkota, bisa juga tidak.
Baca:
Sebelumnya, media Hurriyet Daily News melansir Direktur CIA, Gina Haspel, mengisyaratkan CIA memiliki rekaman percakapan telepon MBS dengan adiknya, yang merupakan Dubes Saudi di AS. Isinya meminta agar Jamal Khashoggi dibungkam karena kerap mengkritik pemerintah Saudi lewat tulisan kolom opini di Washington Post.
Jamal Khashoggi, 59 tahun, seperti dilansir Anadolu, tewas dibunuh oleh tim pembunuh yang dikirim oleh Direktorat Intelijen Umum Arab Saudi saat mengurus dokumen untuk persiapan pernikahannya. Hingga kini jasadnya tidak diketahui. 21 orang Saudi ditetapkan sebagai tersangka dengan 5 orang dikenai tuntutan hukuman mati oleh Kejaksaan Agung Saudi.