TEMPO.CO, Jakarta - "Dia hanya seorang ayah, ayah yang sederhana," begitu Noha Khashoggi dan Razan Khashoggi, menggambarkan sosok ayah mereka, Jamal Khashoggi, wartawan asal Arab Saudi yang tewas dibunuh di kantor konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki, 2 Oktober 2018.
Dikutip dari middleeasteye.net, Sabtu, 24 November 2018, Noha menggambarkan ayahnya sebagai sosok penyayang, penyuka buku dan orang yang sangat haus akan ilmu pengetahuan.
Baca: Media Saudi: Turki Biarkan Khashoggi Dibunuh untuk Jatuhkan MBS
"Dia senang sekali membaca dan selalu bermimpi untuk punya banyak buku. Dia membaca buku apapun, tanpa mendiskriminasikannya dan menerima berbagai opini. Kecintaannya pada buku membentuk pola fikirnya. Dia pun mengajarkan kami untuk melakukan hal sama," kata Noha dan Razan, dalam sebuah tulisan kolom yang dipublikasi oleh Washington Post, Jumat, 24 November 2018.
Dalam tulisan itu, keduanya menceritakan Khashoggi selalu merasa penting untuk menyuarakan dan membagikan opini-opininya. Dia pun pernah melakukan sejumlah diskusi sembunyi-sembunyi. Bagi Khashoggi, menulis bukan sekadar sebuah pekerjaan, tetapi identitas utamanya dan hal yang membuatnya benar-benar hidup.
Baca: Kasus Jamal Khashoggi, Denmark Tangguhkan Ekspor Senjata ke Saudi
Noha dan Razan menyebut nasihat ayahnya akan selalu bersama anak-anaknya dan mereka sangat bersyukur untuk itu. Bagi keduanya, Jamal Khashoggi, 59 tahun, adalah orang yang benar-benar menjalani hidup dengan sepenuhnya.
Noha mengenang saat Khashoggi hendak meninggalkan Arab Saudi, dia berdiri di pintu dan tak bisa menjawab apakah dia akan kembali lagi. Dari seluruh perjalanan yang telah dilakukannya, dia tak pernah putus harapan pada negaranya.
Sejak Khashoggi dilaporkan tewas pada bulan lalu, keluarga Khashoggi telah mengunjungi kediamannya di Virginia, Amerika Serikat, sebuah tempatnya mengasingkan diri sejak 2017. Noha mengatakan, hal terberat adalah melihat kursi duduknya yang kosong dan ketidakhadirannya telah menciptakan keheningan menyakitkan.