TEMPO.CO, Tel Aviv – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, membela keputusannya menyepakati gencatan senjata dengan Hamas meskipun Menteri Pertahanan Avigdor Lieberman mengundurkan diri.
Baca:
Israel - Hamas Gencatan Senjata, Menhan Israel Mundur
“Saya mendengar suara dari penduduk di Selatan,” kata Netanyahu dalam acara peringatan salah satu pendiri Israel yaitu David Ben Gurion, seperti dilansir ABC News pada Rabu, 14 November 2018 waktu setempat. “Percaya kepada saya, mereka berharga bagi saya, kata-kata mereka menembus hati saya.”
Netanyahu mengatakan ini menanggapi protes sebagian penduduk Kota Sderot, yang menjadi sasaran serangan sekitar 500 roket Hamas, yang ditembakkan dari Jalur Gaza, sejak Senin, 12 November 2018.
Dalam file foto 23 Juli 2018 ini, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mendengarkan juru bicaranya David Keyes saat ia membuka rapat kabinet mingguan di kantornya di Yerusalem. (Gali Tibbon / Pool via AP, File)
Konflik Israel – Hamas memanas pasca operasi komando Israel untuk membunuh seorang komandan Hamas pada Ahad, 11 November 2018 waktu setempat. Operasi ini bermasalah dan menyebabkan tujuh orang anggota militan Hamas dan seorang anggota komando Israel tewas.
Baca:
Keesokan harinya, Hamas melancarkan serangan roket yang menyasar rumah-rumah warga di Kota Sderot dan Ashkelon, yang terletak di Israel selatan. Pemimpin Hamas juga mengatakan akan melebarkan serangan roket ke kawasan penduduk di Kota Beersheba, yang terletak sekitar 40 kilometer dari Gaza, dan Ashdod, yang lokasinya lebih dekat yaitu 20 kilometer.
Serangan ini akan dilakukan jika Israel tidak menghentikan serangan udara yang telah menghancurkan sejumlah titik di Gaza seperti stasiun televisi Hamas.
Avigdor Lieberman. AP/Lefteris Pitarakis
Netanyahu melanjutkan pemimpin harus mendengarkan suara hati rakyat, yang bijak. “Tapi dalam kondisi krisis, ketika membuat keputusan kritis terkait keamanan, publik tidak bisa selalu menjadi rekan untuk membuat pertimbangan krusial dan ini harus disembunyikan dari musuh,” kata dia.
Baca:
Netanyahu juga mengatakan Faksi Hamas dan faksi lainnya di Jalur Gaza memohon dilakukannya gencatan senjata. Setelah rapat kabinet selama 7 jam, Netanyahu mengumumkan akan ada ketenangan kecuali tindakan diperlukan. Ini karena kabinet pada Selasa, 13 November 2018 itu masih menghindari penggunaan kata gencatan senjata, yang disponsori Mesir.
Keputusan kabinet Israel untuk menyepakati gencatan senjata itu membuat Menteri Pertahanan Avigdor Lieberman mengundurkan diri. “Bukan rahasia lagi ada perbedaan pandangan antara Netanyahu dan saya,” kata Lieberman menyebut kesepakatan gencatan senjata itu sebagai bentuk menyerah terhadap teror seperti dilansir Reuters.
Lieberman menyampaikan pengunduran diri ini dalam jumpa pers. Dia mengatakan tidak pernah mendukung kesepakatan gencatan senjata itu, seperti diumumkan Netanyahu. Sebelumnya, Netanyahu mengatakan kabinet koalisi mendukung keputusan untuk melakukan gencatan senjata dengan Hamas.
Baca:
Lieberman mengatakan dia tidak bisa melanjutkan posisinya sebagai menteri Pertahanan setelah keputusan gencatan senjata dibuat. “Saya tidak bisa melihat mata para penduduk di selatan dan keluarga dari tentara yang diculik,” kata dia, yang berasal dari Partai Yisrael Beiteinu.
Keluarnya Lieberman dari koalisi ini membuat pemerintahan Netanyahu hanya menguasai mayoritas tipis kursi di parlemen Israel atau Knesset yaitu 61 kursi dari total 120 kursi. Netanyahu berasal dari Partai Likud.