TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, mengemukakan gagasan untuk melakukan perombakan kabinet. Perombakan kabinet muncul setelah Partai Keadilan Rakyat Malaysia memenangkan pemilu sela.
"Partai Keadilan Rakyat bisa memasukkan nama-nama pilihan mereka dan mereka bisa mendebat soal ini. Tapi saya juga punya pandangan sendiri," kata Mahathir, seperti dikutip dari asiaone.com, Rabu, 14 November 2018.
Dia mengatakan, pada prinsipnya kabinet Malaysia dipimpin oleh perdana menteri dan Mahathir ingin bekerja sama dengan pihak-pihak yang membuatnya nyaman diajak bekerja sama. Dengan begitu, segala keputusan soal nama-nama menteri, tergantung pada Mahathir.
Baca: Mahathir Mohamad Tak Puas dengan Kinerja Kabinet Malaysia
Syed Sadiq Syed Abdul Rahman berusia 25 tahun menjadi menteri termuda Malaysia.
Baca:Menuju 100 Hari Kerja Mahathir Mohamad Mereformasi Malaysia
Saat ini, muncul laporan jika Perdana Menteri Mahathir tidak puas dengan kinerja kabinetnya. Mahathir memenangkan pemilu Malaysia pada Mei 2018.
Gagasan perombakan kabinet juga muncul saat Anwar Ibrahim memenangkan pemilu sela wilayah Port Dicson. Anwar memastikan tidak mencari jabatan di kabinet hingga tiba waktu baginya untuk mengambil alih kepemimpinan seperti yang sudah direncanakan oleh koalisi Pakatan Harapan.
Sumber di PKR menceritakan, Anwar perlu mengunci sebuah kesepakatan guna memastikan partainya tetap bersatu dan sejumlah posisi di pemerintahan bisa direbut.
Mahathir sebelumnya telah berkeras bahwa dia akan memenuhi janjinya untuk melepaskan jabatannya sebagai orang nomor satu Malaysia. Namun menyerahkan pada masyarakat Malaysia apakah akan mendukung Anwar atau tidak sebagai penggantinya.
Menurut Mahathir, masyarakat Malaysia berhak mengekspresikan pandangan mereka mengingat Malaysia adalah sebuah negara demokratis. Jika pemerintah Malaysia saat ini menunjuk seorang perdana menteri yang tidak diterima oleh masyarakat, maka akan muncul masalah di kemudian hari.