TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak turun sekitar 1 persen pada Jumat 2 November setelah Amerika Serikat mengendorkan sanksi ekspor minyak Iran.
Penurunan dipicu para investor yang khawatir tentang kelebihan pasokan setelah Amerika Serikat mengatakan akan melonggarkan sanksi untuk sementara waktu bagi delapan negara pengimpor minyak Iran.
Baca: Minyak Iran Kena Sanksi, Arab Saudi - Rusia Genjot Produksi
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengumumkan keputusan itu dalam sebuah konferensi, dilaporkan dari Reuters, 3 November 2018. Kelonggaran ini memungkinkan pembeli utama diperbolehkan mengimpor minyak Iran setelah sanksi minyak Iran mulai berlaku pada Senin 5 November.
Minyak mentah Brent berjangka LCOc1 turun 6 sen menjadi US$ 72,83 per barel (Rp 1,088 juta. CLc1 mentah AS turun 55 sen pada harga US$ 63,14 per barel (Rp 943 ribu), turun 0,86 persen.
18-Ekbis-OPEC
Pompeo tidak menyebutkan negara mana saja yang akan mendapat dispensasi, tetapi mengatakan Uni Eropa secara keseluruhan, yang memiliki 28 anggota, tidak akan menerima kelonggaran ini.
India, Irak dan Korea Selatan berada di daftar penerima dispensasi, kata seorang sumber yang akrab dengan masalah ini. Di bawah undang-undang AS, pengecualian tersebut hanya dapat diberikan hingga 180 hari.
Baca: India Beli Minyak Iran Meskipun Amerika Serikat Terapkan Sanksi
Turki telah diberitahu akan menerima dispensasi atas sanksi AS terhadap penjualan minyak Iran, kata Menteri Energi Turki Fatih Donmez.
Iran mengatakan pada Jumat 2 November bahwa pihaknya tidak memiliki kekhawatiran atas penerapan sanksi AS.
"Sepertinya semua kekhawatiran tentang pengetatan pasokan karena hilangnya minyak Iran di pasar telah padam," kata Gene McGillian, direktur riset pasar di Tradition Energy di Stamford, Connecticut, AS.
"Selain itu, kekhawatiran tentang berkurangnya permintaan global juga membuat pasar harga minyak turun," tambahnya.
Baca: Turki Tolak Desakan AS Hentikan Impor Minyak Iran
Harga minyak turun karena produksi minyak dunia telah meningkat secara signifikan dalam dua bulan terakhir. Data Kementerian Energi Rusia menunjukkan pada Jumat 2 November bahwa Rusia telah memompa 11,41 juta barel per hari minyak mentah pada Oktober. Angka ini merupakan yang tertinggi dalam 30 tahun terakhir.
OPEC sendiri telah mendorong produksi minyak pada Oktober menjadi 33,31 juta barel per hari, naik 390.000 barel per hari dan tertinggi yang dipasok oleh OPEC sejak 2016.
Amerika Serikat percaya bahwa pasokan minyak global akan melebihi permintaan tahun depan sehingga lebih mudah bagi negara-negara lain untuk beralih dari minyak Iran sampai ke titik nol, kata pejabat senior AS.