TEMPO.CO, Jakarta - Pentolan Taliban Pakistan, Maulana Sami ul-Haq, 82 tahun tewas ditikam dan ditembak mati di rumahnya pada hari Jumat, 2 November 2018.
Menurut informasi dari anak laki-laki tertua, ayahnya menderita sakit jantung dan berbaring di tempat tidur saat penyerang memasuki rumahnya di luar kota Islamabad, seperti dikutip dari South China Morning Post dan Reuters.
Baca: Pemimpin Taliban Pakistan Mullah Fazlullah Tewas di Afganistan
Saat itu, pengawal dan supir ayahnya keluar rumah. Ayahnya ditikam dan kemungkinan ditembak hingga tewas. Jasad Haq kemudian dibawa ke rumah sakit di distrik Rawalpindi.
Kematian Haq bertepatan dengan merebaknya unjuk rasa besar-besaran selama 3 hari di Pakistan terkait putusan Pengadilan Mahkamah membebaskan Asia Bibi dari hukuman atas tuduhan pelecehan terhadap Islam.
Bibi seorang perempuan beragama Kristen yang divonis hukuman mati dengan digantung, namun pengadilan tertinggi di Pakistan membebaskannya dari hukuman pada hari Rabu, 31 Oktober 2018.
Baca: Indonesia Kecam Kejamnya Taliban di Pakistan
Pelaku pembunuhan Haq belum diketahui. Haq sempat menyatakan keinginanya untuk bergabung dengan para pengunjuk rasa usai sembahyang Jumat. Namun dia pulang ke rumah karena jalanan yang penuh pengunjuk rasa diblokir.
Melalui rekaman video yang diunggah di media sosial tampak amarah pengunjuk rasa ditumpahkan dengan memukuli benda-benda dan membakar sejumlah mobil di jalan raya antara Islamabad dan Rawalpindi.
Politisi terkemuka Suni konservatif di Pakistan, Maulana Fazl-Ur Rehman menyatakan berduka atas kematian Haq.
Baca: Mengapa pemeluk Kristen di Pakistan kerap menjadi sasaran serangan?
"Saya menghormati sekali Maulana Sami, dan kematiannya kehilangan besar bagi Pakistan," kata Ur Rehman.
Menteri Dalam Negeri Pakistan, Shehyar Afridi mengecam pembunuhan Haq dan menyatakan berbagi duka dengan keluarga korban. Menurutnya, Haq akan dikenang lama di Pakistan atas jasanya.
Para pengamat memperkirakan situasi di Pakistan akan memburuk dengan kematian sosok ulama Taliban tersebut karena ketokohannya sebagai politisi dan ulama.