TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Yaman siap bekerja sama dengan PBB untuk mengakhiri perang sipil di negara itu, yang telah berujung menjadi bencana kelaparan. Kesiapan itu disampaikan pemerintah Yaman pada Kamis, 1 November 2018, setelah sebelumnya Amerika Serikat menekan negara itu untuk mengakhiri perang.
“Pemerintah Yaman siap untuk secepatnya mendiskusikan seluruh langkah-langkah yang diperlukan,” demikian keterangan pemerintah Yaman, dikutip dari reuters.com, Kamis, 2 November 2018.
Baca: Kenapa Yaman Dilanda Perang?
Catatan PBB menyebut perang Yaman telah menewaskan lebih dari 10 ribu orang. Perang ini meletup pada awal 2015 dan masih berkecamuk hingga 2018.
Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, yang memimpin koalisi serangan militer ke Yaman, belum mengeluarkan penyataan terkait seruan dari Amerika Serikat dan Inggris agar dilakukan gencatan senjata. Dalam perang sipil ini, pemerintah Yaman mendapat dukungan militer yang dipimpin Arab Saudi untuk memerangi kelompok pemberontak Houthi.
Orang-orang memeriksa kerusakan salah satu rumah setelah hancur oleh serangan udara di ibu kota Yaman, Sanaa, 25 Februari 2016. [REUTERS / Mohamed al-Sayaghi]
Baca: Guru di Yaman Ubah Rumah Jadi Sekolah untuk Ratusan Anak-anak
Sampai Rabu, 31 Oktober 2018, koalisi militer pimpinan Arab Saudi, masih mengirimkan pasukan ke Hodeidah, sebuah kota pelabuhan di Yaman yang diduduki oleh kelompok pemberontak Houthi. Di kota itu, dalam beberapa hari terakhi telah dipenuhi ribuan pasukan keamanan.
Presiden Yaman, Abd-Rabbu Mansour Hadi, mengatakan pihaknya siap untuk kembali ke meja perundingan di bawah aturan PBB. Sebelumnya PBB pada September 2018 memimpin perundingan damai tetapi gagal terwujud karena delegasi kelompok pemberontak Houthi gagal menampakkan batang hidung.
Terkait seruan perundingan damai ini, pemerintah Yaman siap melakukan pembebasan tahanan politik, mendukung bank sentral, membuka kembali bandara – bandara di negara itu dan membuka akses bagi PBB untuk memantau pelabuhan Hodeidah guna mencegah terjadinya penyelundupan senjata.