TEMPO.CO, Jakarta - Qatar menyambut positif upaya Amerika Serikat yang mendorong terjadinya gencatan senjata di perang Yaman dan kembali pada perundingan damai PBB guna mengakhiri 3,5 tahun berkecamuknya perang.
“Seruan Amerika Serikat ini adalah sebuah dorongan terhadap sebuah solusi politik dan sebuah upaya mengakhiri penderitaan masyarakat Yaman,” tulis Kementerian Luar Negeri Qatar, Kamis, 1 November 2018, seperti dikutip Reuter.
Baca: Perang Yaman: Belum Ada Tanda Berakhir
Awsaf (5 tahun), makan roti dan minum teh, berjongkok di samping ibunya di gubuk mereka di Abyan, Yaman, 15 Februari 2018 ini. Keluarga-keluarga di Yaman dibiarkan tidak mampu membeli makanan di tengah perang saudara antara pemberontak Houthi dan pemerintah. AP/Nariman El-Mofty
Sebelumnya pada Rabu, 31 Oktober 2018, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengatakan saat ini adalah waktu yang tepat untuk menjalankan perundingan damai di Yaman. Pandangan serupa juga disampaikan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat – Mike Pompeo dan Menteri Pertahanan Amerika Serikat – Jim Mattis pada akhir pekan ini.
Baca: UNICEF: Perang Yaman Neraka Bagi Kehidupan Anak
Yaman adalah salah satu negara termiskin di jajirah Arab dan sedang tertatih dalam menghadapi krisis kemanusiaan sebagai dampak dari perang sipil antara kelompok radikal Houthi di Yaman dan koalisi militer pimpinan Arab Saudi. Amerika Serikat mendukung koalisi militer ini demi memulihkan kembali pengakuan internasional terhadap pemerintah Yaman.
“Kita harus membuat kemajuan terhadap terwujudnya sebuah upaya damai dan kita tidak bisa mengatakan akan melakukannya di kemudian hari. Kita harus melakukan ini dalam tempo 30 hari,” kata Mattis, dikutip dari straitstimes.com.
Menurut Mattis, pihaknya telah memantau konflik Yaman cukup lama dan sangat yakin Arab Saudi dan Uni Emirat Arab sudah siap untuk melakukan perundingan damai. Arab Saudi dan Uni Emirat Arab berkoalisi untuk memerangi pemberontak Houthi di Yaman.
Amerika Serikat telah menyerukan kepada seluruh pihak agar mau menemui utusan khusus PBB, Martin Griffiths, di Swedia pada November 2018, untuk bersama-sama mencari satu solusi. Sedangkan Pompeo pada Selasa, 30 Oktober 2018, menyerukan dihentikannya serangan udara ke Yaman yang dilakukan oleh koalisi militer pimpinan Arab Saudi.