TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Rabi Ashkenazi, David Lau, terkesan enggan menyebut Sinagoga Tree of Life, yang menjadi sasaran penembakan massal di Pittsburgh, Pennsylvania, Amerika Serikat, sebagai sebuah sinagoga.
Lau, yang beraliran ultra-orthodoks, menyebut tempat ibadah, yang 11 jamaahnya tewas akibat penembakan oleh Robert Bowers, sebagai ‘sebuah tempat dengan karakter Yahudi yang jelas’.
Pernyataan Lau ini muncul dalam wawancara dengan surat kabar Israel, Makor Rishon, yang dikutip Times of Israel. Saat itu, pewawancara menanyakan sikap dari media berhaluan ultra-Orthodoks, yang menolak menyebut Tree of Life sebagai ‘sinagoga konservatif’ tapi sebagai “pusat Yahudi’.
Petugas polisi menjaga sinagog Tree of Life setelah pelaku menembaki sinagog di Pittsburgh, Pennsylvania, AS, 27 Oktober 2018. [REUTERS / John Altdofer]
Lau menanggapi ini dengan mengatakan penyebutan tempat tidak penting. “Mereka terbunuh karena mereka Yahudi. Apakah masalah sinagoga atau tempat tradisi liturgi mana yang menjadi tempat mereka berdoa,” kata dia seperti dikutip Times of Israel pada Senin, 29 Oktober 2018 waktu setempat.”Kita bicara soal orang Yahudi. Kita tidak perlu memunculkan isu-isu pada momen menyakitkan seperti ini.”
Media Yahudi bernama Forward menyoroti isu ini. “Media ultra-Orthodoks di negara itu (Israel) menolak mengakui kejadian itu terjadi di rumah ibadah Yahudi karena Tree of Life merupakan jamaah konservatif. Mereka tidak mengakui gerakan non-Orthodoks,” begitu dilansir Forward pada Ahad, 28 Oktober 2018.
Pernyataan Lau ini mendapat kritik dari beberapa kalangan termasuk kalangan Yahudi konservatif. Direktur Eksekutif Gerakan Konservatif di Israel, Yizhar Hess, mengatakan lewat cuitan di Twitter,”Begitu, ya, kepala rabi Israel? Sebuah tempat dengan karakter Yahudi? Mungkin disebut sinagoga?”
Tomer Persico, yang merupakan cendekiawan terkenal Israel bidang agama, ikut menanggapi ini. “Kepala Rabi Lau menolak menyebutnya sinagoga. Dan, itu terjadi saat orang-orang Yahudi dibunuh saat sedang berdoa,” kata dia.
Menurut Forward, ada sekitar 18 persen orang Yahudi Amerika yang menjadi pengikut gerakan konservatif. Israel tidak mengakui gerakan non-Orthodoks membuat terjadinya ketegangan dengan diaspora Yahudi.
Menurut Times of Israel, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu ikut menanggapi pro-kontra terkait penyebutan Sinagoga Tree of Life ini. Lewat cuitan di akun @IsraelPM, Netanyahu mengatakan,”Orang-orang Yahudi dibunuh di sebuah sinagoga. Mreka dibunuh karena mereka orang Yahudi. Lokasi itu dipilih karena itu sebuah sinagoga. Kita jangan pernah melupakan itu. Kita adalah satu.”
Ketua Yesh Atid, Yair Lapid, mendesak pemerintahan Netanyahui agar melaksanakan kesepakatan untuk memperluas platform berdoa pluralistik di Tembok Ratapan pasca penembakan sinagoga Pittsburgh.
“Pemerintah harus mengakui semua konversi dari semua aliran Judaisme. Pemerintah harus mengakui pernikahan dari semua aliran Judaisme dan mengesahkan Undang-Undang Uni Sipil yang kami ajukan di Knesset,” kata dia pasca penembakan di Sinagoga Tree of Life, yang terjadi pada Sabtu, 27 Oktober 2018.