TEMPO.CO, Jakarta - Mantan perdana menteri Australia, Malcolm Turnbull, menyatakan pemerintah Scott Morrison harus mempertimbangkan pemindahan kedutaan besar Australia di Israel ke Yerusalem karena beresiko bagi Australia.
Turnbull memperingatkan keputusan ini bisa memancing reaksi yang sangat negatif bagi negara tetangga Australia dan beresiko bagi kepentingan nasional.
Baca: Ikuti Jejak AS, Australia Akan Pindahkan Kedutaannya ke Yerusalem
Dilaporkan dari Brisbane Times, 29 Oktober 2018, Malcolm Turnbull menyampaikan ini setelah pertemuan selama setengah jam dengan Presiden RI Joko Widodo di Bali. Turnbull juga yakin perjanjian perdagangan bebas Indonesia-Australia akan ditandatangani dalam hitungan minggu, meskipun ada kecaman diplomatik atas pemindahan kedubes Australia, yang ditentang dengan tegas oleh Turnbull.
"Kesimpulan yang saya ambil, dan pemerintah saya ambil, setelah sangat hati-hati dan mempertimbangkan saran adalah kebijakan yang berusia lebih dari 40 tahun, 50 tahun, harus tetap sama persis seperti itu," kata Turnbull.
Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull bertemu dengan para pelajar yang tergabung dalam Outstanding Youth for The World (OYTW) di Exhibition Hall, International Convention Centre, Sydney, Australia, 17 Maret 2018. Foto: Laily Rachev - Biro Pers Setpres
"Presiden (Joko Widodo) menyatakan kepada saya, seperti yang telah disampaikannya kepada Perdana Menteri Morrison, kekhawatiran yang sangat serius yang terjadi di Indonesia tentang prospek kedutaan Australia di Israel yang dipindahkan dari Tel Aviv ke Yerusalem," tambah Turnbull.
"Tidak ada pertanyaan lagi, apakah pemindahan itu akan terjadi, namun itu akan disambut dengan reaksi yang sangat negatif di Indonesia. Ini dikarenakan Indonesia adalah negara mayoritas Muslim terbesar di dunia. Kami sangat mengerti tentang itu, dan kami harus mempertimbangkan kepentingan nasional Australia, dan kepentingan kami di wilayah ini, ketika kami mempertimbangkan keputusan seperti ini," tuturnya.
Baca: Ini Klarifikasi Dubes Australia Soal Pindah Kedutaan ke Yerusalem
Dalam pertemuannya dengan Presiden Joko Widodo, Malcolm Turnbull menekankan bahwa tidak ada keputusan bulat tentang langkah relokasi kedubes.
Turnbull juga meyakinkan perjanjian perdagangan bebas Indonesia-Australia akan ditandatangani dalam beberapa minggu, setelah pertemuannya Presiden Jokowi.
PM Australia, Scott Morrison, menuding Partai Buruh berperilaku anti-semit terkait isu pemindahan kedubes ke Yerusalem. Flipboard
Malcolm Turnbull berkunjung ke Bali pada Minggu malam 28 Oktober, atas permintaan PM Scott Morrison, untuk memimpin delegasi Australia menghadiri konferensi global tentang perlindungan dan pelestarian laut.
Dua pekan lalu Scott Morrison menyatakan Australia akan memindahkan kedutaan besarnya di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Proposal itu memicu reaksi keras dari Indonesia, Malaysia, dan sebagian besar negara Arab karena dianggap merendahkan Palestina.
Baca: Australia Pindah Kedutaan ke Yerusalem, Indonesia Bereaksi
Turnbull sempat dikecam oleh koalisi pemerintah dari sayap konservatif atas komentarnya yang tegas menolak proposal relokasi kedutaan. Malcolm Turnbull juga mengatakan proposal relokasi tidak akan berhasil untuk menenangkan kritik terhadap sayap konservatif koalisi.
Pekan lalu, senat mengungkapkan bahwa tidak seorang pun pejabat dari Departemen Luar Negeri Australia, Pertahanan atau Perdana Menteri dan Kabinet menghubungi senat untuk konsultasi terlebih dahulu, sebelum pemerintah Scott Morrison mengumumkan akan memindahkan kedutaan besar Australia ke Yerusalem.