TEMPO.CO, Jakarta - Tabloid di Inggris, Sunday Express, dalam pemberitaannya menyebut intelijen Inggris mengetahui adanya rencana pembunuhan terhadap wartawan Jamal Khashoggi, 59 tahun. Inggris bahkan mengetahui rencana ini beberapa pekan sebelum eksekusi mati terhadapnya dilakukan.
Pemberitaan Sunday Express itu mengutip keterangan sumber keamanan, yang identitasnya tidak dipublikasi. Sumber itu mengatakan seseorang di lingkaran Kerajaan Arab Saudi telah memerintahkan penculikan terhadap Khashoggi.
Baca: Jaksa Agung Arab Saudi ke Istanbul, Turki Minta Penggeledahan
“Anggota intelijen Inggris mengetahui sesuatu pada pekan pertama September atau sekitar tiga pekan sebelum Khashoggi berjalan ke kantor konsulat jenderal Arab Saudi di Turki pada 2 Oktober 2018. Namun perlu waktu untuk mengetahui detail rencana ini. Detail ini termasuk perintah utama untuk menangkap Khashoggi dan membawanya kembali ke Arab Saudi untuk di interograsi. Namun kemudian muncul hal yang dinilai sebagai sebuah masalah besar,” kata sumber tersebut kepada Sunday Express berdasarkan informasi dari kantor pusat komunikasi pemerintah Inggris atau GCHQ.
Baca: Penyidik Turki Kerahkan Robot untuk Cari Mayat Jamal Khashoggi
Dikutip dari aa.com.tr, Senin, 29 Oktober 2018, sumber tersebut mengatakan perintah menculik Khashoggi berasal dari lingkaran dalam Kerajaan Arab Saudi. Namun tidak ada informasi langsung yang mengkaitkan perintah ini dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
“Apakah ini berarti dia (Putra Mahkota) bukan pemberi perintah yang sesungguhnya, kami tak bisa mengatakan begitu,” kata sumber itu.
Sunday Express dalam pemberitaan menyebut, sumber tersebut mengkonfirmasi agen mata-mata Inggris atau M16 sudah memperingatkan Arab Saudi agar membatalkan misi tersebut. Akan tetapi permintaan ini diabaikan. Khashoggi dilaporkan hilang pada 2 Oktober 2018 saat hendak mengurus dokumen di kantor konsulat jenderal Arab Saudi di Istanbul agar bisa menikahi tunangannya yang warga negara Turki.