TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Presiden Soviet Mikhail Gorbachev pada hari Minggu mengecam keputusan AS yang menarik diri dari Perjanjian senjata nuklir atau Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) yang telah diusung AS bersama Rusia.
"Ini merupakan hal yang tidak dapat diterima. Ini adalah kemenangan besar yang telah kami dapatkan khususnya saat membuat keputusan yang diabadikan dalam perjanjian ini, seperti melarang penggunaan senjata nuklir dan hulu ledak," katanya kepada Sputnik, 22 Oktober 2018, yang menandatangani kesepakatan tersebut bersama Ronald Reagan pada 1987.
Baca: Trump Segera Akhiri Perjanjian Senjata Nuklir dengan Rusia
Mantan Presiden Uni Soviet menjelaskan bahwa keputusan AS dilandasi karena tidak ditemukannya solusi bersama atas masalah itu.
"Menurut saya, AS sedang menghadapi kebuntuan dalam membuat keputusan, sehingga akhirnya memilih langkah yang paling tidak bertanggung jawab," Gorbachev, menjawab pertanyaan tentang rencana AS.
Presiden Ronald Reagan (kanan) dan Sekretaris Jenderal Uni Soviet Mikhail Gorbachev saat menandatangani Perjanjian INF di East Room, Gedung Putih pada 8 Desember 1987. [Ronald Reagan Presidential Library via thebulletin.org]
Gorbachev meminta bantuan kepada PBB untuk menengahi krisis atas penarikan diri AS dari perjanjian senjata nuklir.
"Ini adalah masalah yang harus ditangani oleh PBB dan Dewan Keamanan karena hal ini dapat meresahkan dunia," kata Gorbachev kepada Sputnik. Selain itu, dirinya juga menambahkan bahwa semua lembaga internasional juga harus melangkah untuk mencegah perlombaan senjata baru.
Selain itu, mantan presiden Soviet itu menyarankan bahwa kesempatan untuk menyelamatkan perjanjian bersejarah ini, dapat dilakukan saat kunjungan Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton ke Rusia.
"Saya tidak yakin apakah mereka dapat melakukan ini, tetapi menurut saya, ini tidak terlalu terlambat. Dan (Bolton) akan datang, mereka harus mencoba untuk menghentikan proses destruktif ini," kata Gorbachev setelah ditanya apa yang para pemimpin AS dan Rusia bisa lakukan untuk menyelamatkan INF.
Rudal nuklir tercanggih Rusia, hypersonic Sarmat ICBM yang diungkap pertama kali oleh Presiden Vladimir Putin di hadapan Dewan Federal Rusia, 1 Maret 2018 {Russia Today]
Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengatakan ingin mundur dari perjanjian era Perang Dingin yang ditandatangani pada 1987 oleh Gorbachev dan rekannya dari AS, Ronald Reagan, untuk melarang rudal nuklir jarak menengah. Perjanjian tersebut melarang pengembangan, penyebaran dan pengujian rudal balistik atau rudal yang diluncurkan di darat dengan kisaran jarak tempuh antara 483 hingga 5.472 kilometer.
Baca: AS Mau Mundur dari Perjanjian Senjata Nuklir, Rusia Siap Membalas
Rusia dan AS telah berulang kali menuduh satu sama lain melanggar kesepakatan. Walau bagaimanapun, di bawah pemerintahan mantan presiden Amerika Serikat, Barack Obama, perjanjian senjata nuklir dengan Rusia itu tetap dipertahankan.
SPUTNIK | SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA