Luluhlantaknya sebagian wilayah Afganistan, menurut Fraser, menyulitkan pernagkat pengintai jarak jauh milik AS —termasuk radar dan alat-alat komunikasi intersepsi—tak mampu mendeteksi gua-gua di Afganistan. Padahal dalam kondisi tanpa perang, perangkat canggih milik AS itu terbukti mampu mengungkap lokasi dan struktur dari rongga-rongga bawah tanah. Caranya, dengan menelusuri perubahan-perubahan yang halus atau tidak kentara dari kekuatan gravitasi, gelombang-gelombang seismik dan energi listrik.
Teknik serupa pernah pula digunakan AS selama perang Vietnam. Satu dari teknik pendeteksi yang berhasil adalah mencari jalan masuk dengan menggunakan observasi yang sangat hati-hati untuk mendeteksi adanya asap atau bau badan. Cara yang sama bisa pula digunakan untuk melacak gua-gua di Afganistan. Bila dimungkinkan, AS bisa saja menerapkan metode tradisional yang didesain oleh para ahli geologi untuk menemukan pipa-pipa, tambang minyak bumi dan retakan gempa bumi.
Berdasarkan pengalaman itu, bisa disimpulkan, detektor terowongan bawah tanah tersebut adalah orang-orang yang ada di atas tanah. Masalahnya, tak mungkin orang-orang itu berkeliaran diatas lokasi yang menjadi sasaran bom-bom curah AS. Kalaupun mungkin, orang-orang itu pasti akan menjadi sasaran tembak pasukan Taliban.
Cara lainnya ialah menggunakan metode pemetaan bawah tanah moderen, dengan memonitor gelombang seismik yang dihasilkan oleh gempa bumi, ledakan-ledakan yang disengaja atau secara sederhana dengan mengetuk tanah dengan palu godam raksasa. Persoalannya, kerusakan yang disebabkan sejumlah ledakan dekat lokasi, dicurigai akan membuat rancu, sehingga menghasilkan jawaban yang jauh dari kesimpulan.
“Teknik Seismik tidak ideal untuk semua pendeteksian terhadap adanya rongga dalam tanah, karena gelombang seismik tidak dapat melewati rongga-rongga tersebut – mereka justru mengelilinginya,” kata Fraser-Smith. “Anda cenderung tidak melihatnya.” Hal senada juga disampaikan Mats lagmanson, seorang Geofisika dan Presiden dari Penelitian Geoscience yang berpusat di Texas.
“Saya tidak bisa dengan jelas mengatakan bahwa tentara kita dapat menggunakan ini dalam situasi perang,” tambah dia. “Mereka dapat menggunakan itu ketika semuanya sudah menjadi tenang (perang usai), karena akan berbahaya bagi mereka yang akan melakukannya,” ujarnya.(Ira Kartika MB/usatoday.com)