TEMPO.CO, Jakarta - Rusia akan memberlakukan tindakan balasan setelah Presiden Donald Trump menegaskan akan mengundurkan diri dari pakta pembatasan senjata nuklir yang diteken selama era Perang Dingin.
Intermediate-Range Nuclear Forces Treaty (INF) atau Traktat Senjata Nuklir Tingkat Menengah, yang dinegosiasikan oleh Presiden Ronald Reagan dan pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev pada 1987, mengharuskan penghapusan rudal-rudal nuklir jarak pendek dan jarak menengah dan konvensional oleh kedua negara.
Baca: Trump Segera Akhiri Perjanjian Senjata Nuklir dengan Rusia
"Rusia sayangnya tidak menghormati perjanjian itu sehingga kami akan mengakhiri perjanjian dan kami akan menarik diri," kata Trump, dilaporkan Reuters, 22 Oktober 2018.
ICBM RS-24 Yars telah dirancang khusus untuk menghindari sistem pertahanan anti rudal balistik negara Barat. Rudal ini dilengkapi dengan decoy (pengecoh rudal pertahanan udara) dan penanggulangan yang lebih maju dibandingkan rudal balistik Topol-M. Vladimir Smirnov/TASS
Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas, mendesak Amerika Serikat untuk mempertimbangkan konsekuensi penarikan diri dari INF, termasuk dampaknya terhadap keamanan Eropa dan pada upaya pelucutan senjata nuklir di masa depan.
"Perjanjian itu, selama 30 tahun menjadi pilar penting fondasi keamanan Eropa kami," kata Maas dikutip dari Sputniknews.
Baca: Ini Peta 4 Negara Pemilik Senjata Nuklir, Rusia Terbanyak
"Kami telah mendesak Rusia untuk menjelaskan tuduhan serius bahwa mereka melanggar perjanjian. Kami sekarang mendesak AS untuk mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin (penarikan diri)," tambahnya.
Menurut menteri luar negeri, penarikan AS dari INF akan berdampak negatif terhadap prospek perjanjian pembatasan senjata strategis di masa depan, yang menurut Maas sangat dibutuhkan.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan bahwa penarikan sepihak AS akan sangat berbahaya dan mengarah pada pembalasan militer secara teknis.
Juru bicara Kremlin mengatakan Vladimir Putin akan mencari jawaban tentang penarikan diri AS ketika ia bertemu John Bolton, penasihat keamanan nasional Trump, selama pertemuan yang dijadwalkan di Moskow pekan ini.
Baca: 15.500 Senjata Nuklir di Dunia, Rusia-Amerika Kuasai 93 Persen
Otoritas AS percaya Rusia sedang mengembangkan sistem peluncur rudal bawah tanah yang melanggar perjanjian INF, yang dapat memungkinkannya meluncurkan serangan nuklir di Eropa dalam waktu singkat. Rusia berulangkali membantah ini.
Trump mengatakan Amerika Serikat akan mengembangkan senjata serupa kecuali Rusia dan Cina setuju untuk menghentikan pengembangan, meskipun Cina bukan merupakan pihak dalam perjanjian pelarangan senjata nuklir INF.