TEMPO.CO, Jakarta - Jurnalis, kolumnis dan komentator kawakan Jamal Khashoggi mengkritik tajam Mohammed bin Salman, putra raja Salman, setelah diangkat menjadi putra mahkota. Khashoggi tewas dibunuh secara brutal di konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki pada 2 Oktober lalu dengan motif yang belum jelas.
Muncul dugaan kematian Khashoggi di tangan 15 regu pembunuh yang didatangkan langsung dari Arab Saudi terkait dengan pernyataan maupun tulisannya yang muncul di berbagai media.
Baca: Kasus Jamal Khashoggi Memanas, Raja Salman Turun Tangan
Khashoggi dalam wawancara di program UpFront Aljazeera pada Maret lalu dan sejumlah kolomnya yang terbit di Washington Post menyatakan dukungannya terhadap reformasi yang digulirkan putra mahkota Arab Saudi. Namun, ia kecewa karena dalam perjalanan justru putra mahkota berperilaku sebagai diktator dan memenjarakan para pengkritiknya.
Berikut 4 kritikan tajam Jamal Khashoggi kepada Mohammed bin Salman yang dipublikasikan di Aljazeera dan Washington Post.
1. Khashoggi mengkritik Mohammed bin Salman karena memenjarakan sejumlah intelektual dan jurnalis Arab Saudi. Sehingga tidak ada lagi yang berani berbicara dan mengkritik reformasi yang dibuatnya.
"Sekarang tidak ada yang akan berani berbicara dan mengkritik reformasi. Akan jauh lebih baik baginya untuk membolehkan ada ruang bernafas bagi intelektual Saudi, penulis Saudi, media Saudi berdebat," kata Khashoggi.
Baca: 7 Terduga Pembunuh Jamal Khashoggi Pengawal Mohammed bin Salman
Khashoggi menilai reformasi yang digulirkan putra mahkota Arab Saudi justru bertujuan mengendalikan kekuasaan seluruhnya di tangannya dengan memenjarakan para pengkritiknya.
2. Perang di Yaman
Khashoggi mengkritik Mohammed bin Salman dalam memerangi pemberontak Houthi di Yaman dan kelompok gerakan Islam di Yaman. Putra mahkota Arab Saudi ini disebutnya tidak memberikan jalan solusi berbagi kekuasaan demi demokrasi di Yaman. Ia menyarankan reformasi politik diperlukan di Arab Saudi.
3. Putra mahkota Arab Saudi berperilaku seperti presiden Rusia, Vadimir Putin.
Khashoggi menulis dalam kolomnya di Washington Post tanggal 5 November 2017 tentang kebijakan Mohammed bin Salman menangkapi 70 pangeran termasuk sosok terkenal seperti Pangeran Alwaleed bin Talal dalam menjalankan agenda reformasinya.
Akibatnya banyak warga Arab Saudi yang melarikan diri ke luar negeri karena takut bernasib sama dengan para pangeran yang ditangkap. Bahkan kebijakan putra mahkota itu menyasar keluarga-keluarga mereka.
Baca: Arab Saudi Akui Jamal Khashoggi Dibunuh di Konsulat di Turki
Khashoggi juga mengkritik praktek korupsi yang masif di Arab Saudi yang melibatkan sejumlah pangeran. Praktek korupsi di Arab Saudi menurutnya berbeda dengan negara-negara lain. Misalnya, pembangunan infrastruktur didasarkan pada kepentingan pangeran dan monopoli lahan oleh keluarga kerajaan di Arab Saudi.
Belum lagi praktek korupsi yang terjadi dalam pengelolaan minyak sehingga merugikan negara.
Sehingga dia menilai perilaku putra mahkota itu mirip Vladimir Putin yang menjalankan keadilan secara selektif dan mengumpulkan kekayaan yang luar biasa untuk dirinya sendiri.
4. Mengkritik kebijakan putra mahkota dalam memerangi ekstrimis namun keliru dalam menghukum orang.
Khashoggi mengatakan, para ulama ekstrimis justru sangat dihormati Mohammed bin Salman, namun ia menghukum dan memenjarakan orang-orang yang menentang ekstrimisme di Arab Saudi seperti para intelektual, ulama, jurnalis, dan pengguna media sosial.
Padahal reformasi yang digulirkan Mohammed bin Salman justru bermaksud membuat Arab Saudi menjadi lebih moderat. Jamal Khashoggi pun menuntut Islam moderat kembali dihidupkan di Arab Saudi.
Infografis: Mohammed bin Salman dalam Silsilah Keluarga Kerajaan Arab Saudi