Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Buat Akun Medsos, Perdana Menteri Thailand Dihujat Netizen

Reporter

image-gnews
PM Thailand Prayuth Chan-ocha, usai menggunakan hak suaranya dalam pemungutan suara referendum konstitusi di Bangkok, Thailand, 7 Agustus 2016. AP/Sakchai Lalit
PM Thailand Prayuth Chan-ocha, usai menggunakan hak suaranya dalam pemungutan suara referendum konstitusi di Bangkok, Thailand, 7 Agustus 2016. AP/Sakchai Lalit
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Thailand, Prayuth Chan-ocha, secara resmi meluncurkan akun media sosial pribadi atau medsos pada Minggu, 14 Oktober 2018. Prayuth yang mantan Panglima Militer itu, membuat akun Facebook, Twitter dan Instagram.

Dikutip dari smh.com.au pada Rabu, 17 Oktober 2018, peluncuran tiga akun media sosial itu ditujukan supaya Prayuth bisa merangkul masyarakat Thailand lewat media sosial dan melayani dengan lebih baik. Prayuth telah lebih dari empat tahun berkuasa di Thailand melalui kudeta militer.

Melalui peluncuran akun resmi media sosial ini, Prayuth berharap bisa mendengar langsung dari masyarakat Thailand tentang masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari dan mencoba untuk menyelesaikannya. Tindakan Prayuth ini, bertolak belakang sikapnya selama ini yang tidak mentoleransi kritik publik, melarang kampanye media sosial oleh partai-partai politik dan hanya memberikan pidato satu arah. Prayuth kini lebih melembutkan sikapnya.

Namun sehari setelah diluncurkan, tanggapan negatif membanjiri halaman Facebook resmi Perdana Menteri Prayuth atau saat Prayuth menulis status yang meminta saran dari para pengikutnya tentang kebijakan pemerintahnya. Reaksi dengan cepat bermunculan dengan lebih dari 9 ribu komentar dalam waktu kurang dari 24 jam, dimana mayoritas komentar yang masuk bernada negatif.

"Anda adalah beban bagi negara ini. Anda adalah bobot mati negara. Jika Anda tidak mengundurkan diri, mari kita membuat pemilu bebas dan adil,” tulis Kraisorn Chuakram, seorang penguna media sosial.

Baca: Menjelang Pemilu, 4 Menteri di Thailand Bentuk Partai Baru 

Banyak kritik yang menyebut tindakan Prayuth ini sebagai kampanye online sementara partai-partai di Thailand masih di bawah aturan tak boleh melakukan politik parsial, mempolitisir publik atau menggelar unjuk rasa. Pembatasan yang ketat terhadap partai-partai politik dan kampanye diberlakukan setelah pemerintahanYingluck Shinawatra, digulingkan militer dalam kudeta empat tahun lalu.

Baca: Pemimpin Kudeta Thailand Jadi Perdana Menteri 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Melarang orang lain melakukan kampanye melalui media sosial tetapi membuka akun Facebook untuk dirinya sendiri?,"kata Suvipan Jampa dalam kolom komentar yang kemudian ditanggapi oleh 1.300 user. Beberapa user bahkan ada yang langsung memberikan kecaman. 

"Saya akan memilih Pheu Thai dalam pemilihan umum berikutnya," kata pengguna Facebook, Sichai Patthana. 

Akun media sosial Prayuth diwarnai slogan bertulis ‘stabilitas, kemakmuran dan keberlanjutan". Ditampilkan pula survei dimana pengunjung dapat memilih kebijakan favorit mereka di bawah pemerintahan Prayuth.

"Tidak apa-apa bahwa orang-orang memiliki komentar negatif atau sudut pandang yang berbeda, tetapi mereka harus berbicara dengan sopan. Saya pikir perdana menteri baik-baik saja dengan itu." kata Puttipong Punnakanta, Wakil Sekretaris Jenderal untuk Perdana Menteri. 

Seorang pengguna Facebook bernama Karnokporn Pongsattapichate menyuarakan cinta dan keyakinannya pada Prayuth di tengah derasnya komentar negatif. Karnokporn menulis ingin agar Prayuth menjabat selama mungkin karena masyarakat Thailand takut orang-orang jahat akan kembali dan membakar Negeri Gajah Putih itu. 

ASIA ONE | SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


30 Warga Thailand Tewas Akibat Cuaca Panas Terik

2 jam lalu

Penduduk lokal dan wisatawan saling menembakan pistol air saat merayakan hari raya Songkran yang menandai Tahun Baru Thailand di Bangkok, Thailand, 13 April 2024. REUTERS/Chalinee Thirasupa
30 Warga Thailand Tewas Akibat Cuaca Panas Terik

Thailand mencatat cuaca panas menyebabkan 30 orang tewas sejak awal Januari hingga April 2024.


Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

1 hari lalu

Tentara berdiri di samping kendaraan militer ketika orang-orang berkumpul untuk memprotes kudeta militer, di Yangon, Myanmar, 15 Februari 2021. REUTERS/Stringer/File Photo
Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.


Phuket dan Pattaya Overtourism, Pelaku Usaha Pariwisata Thailand Usul Pajak Turis Rp132.000

1 hari lalu

Phi Phi Islands di Phuket, Thailand (Pixabay)
Phuket dan Pattaya Overtourism, Pelaku Usaha Pariwisata Thailand Usul Pajak Turis Rp132.000

Selama musim ramai, Phuket di Thailand mengalami kemacetan lalu lintas dan kekurangan air, bandaranya pun kehabisan slot untuk penerbangan baru.


Berefek ke Kesejahteraan Tubuh, Bagaimana Taktik Mengurangi Penggunaan Media Sosial?

3 hari lalu

Ilustrasi bermain sosial media di ponsel. Shutterstock.com
Berefek ke Kesejahteraan Tubuh, Bagaimana Taktik Mengurangi Penggunaan Media Sosial?

Orang sering menggunakan media sosial untuk memposting momen terbaiknya, membuat feed terlihat seperti highlight reel dari pengalaman keren.


Gaet Turis Lebih Banyak, Thailand buat Perjanjian Bebas Visa Permanen dengan Kazakhstan

3 hari lalu

Patung Buddha raksasa dari kuil Wat Paknam Phasi Charoen terlihat di Bangkok, Thailand, 10 Juni 2021.[REUTERS/Jorge Silva]
Gaet Turis Lebih Banyak, Thailand buat Perjanjian Bebas Visa Permanen dengan Kazakhstan

Thailand mengalami peningkatan signifikan jumlah wisatawan dari Kazakhstan sejak program pembebasan visa sementara tahun lalu.


Jeda 3-7 Hari dari Media Sosial Bisa Meningkatkan Kesehatan Mental? Begini Penjelasannya

3 hari lalu

Ilustrasi bermain media sosial. (Unsplash/Leon Seibert)
Jeda 3-7 Hari dari Media Sosial Bisa Meningkatkan Kesehatan Mental? Begini Penjelasannya

Sebuah studi penelitian 2022 terhadap anak perempuan 10-19 tahun menunjukkan bahwa istirahat di media sosial selama 3 hari secara signifikan berfaedah


5 Tips buat Pelancong yang Pertama Kali ke Bangkok

4 hari lalu

Wisatawan asal Cina, Shuhui Xu (43) mengenakan kostum tradisional Thailand saat mengunjungi kuil Wat Arun menjelang Tahun Baru Imlek di Bangkok, Thailand 18 Januari 2023.
5 Tips buat Pelancong yang Pertama Kali ke Bangkok

Banyak pengalaman yang bisa didapat di Bangkok dalam satu kali perjalanan, asalkan tahu lima tips berikut ini.


10 Juta Wisatawan Asing Kunjungi Thailand pada Januari - April 2024

4 hari lalu

Monyet memanjat pengunjung yang tengah berfoto saat Festival Monyet tahunan di provinsi Lopburi, Thailand, 26 November 2023. Festival monyet digelar sebagai wujud terima kasih kepada hewan primata itu, karena telah menarik kunjungan wisatawan ke Lopburi. REUTERS/Chalinee Thirasupa
10 Juta Wisatawan Asing Kunjungi Thailand pada Januari - April 2024

Turis Cina didominasi kunjungan wisatawan asing di Thailand dengan jumlah lebih dari 2 juta.


Enam Hari Perayaan Songkran di Thailand, Ada 243 Korban karena Kecelakaan Lalu Lintas

7 hari lalu

Enam Hari Perayaan Songkran di Thailand, Ada 243 Korban karena Kecelakaan Lalu Lintas

Perayaan Songkran dijuluki sebagai tujuh hari berbahaya karena banyaknya korban di jalan raya karena kecelakaan.


Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

7 hari lalu

Seorang tentara dari Tentara Pembebasan Nasional Karen (KNLA) berpatroli dengan kendaraan, di samping area yang hancur akibat serangan udara Myanmar di Myawaddy, kota perbatasan Thailand-Myanmar di bawah kendali koalisi pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Persatuan Nasional Karen, di Myanmar, 15 April 2024. REUTERS/Athit Perawongmetha
Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

Myanmar, yang dulunya dikenal sebagai Burma itu telah lama dianggap sebagai negara paria ketika berada di bawah kekuasaan junta militer yang menindas.