TEMPO.CO, Jakarta - Korea Utara dan Korea Selatan sepakat untuk mulai menghubungkan kembali jalur kereta api dan jalan untuk membangun sektor ekonomi bersama.
Namun langkah ini meningkatkan kekhawatiran AS yang masih menekan Korea Utara agar menghentikan program nuklirnya.
Baca: Korea Utara - Korea Selatan Ingin Jalur Kereta Api Hingga Eropa
Kesepakatan hubungan transportasi diteken selama pembicaraan di desa perbatasan Panmunjom, Senin 15 Oktober, yang bertujuan untuk menindaklanjuti pertemuan ketiga tahun ini antara Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in dan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, bulan lalu.
"Korea Selatan dan Korea Utara mencapai kesepakatan setelah dengan sungguh-sungguh mendiskusikan rencana untuk mengembangkan hubungan antar-Korea ke tahap baru yang lebih tinggi," kata pernyataan bersama yang dirilis oleh Kementerian Unifikasi Korea Selatan, dilaporkan Reuters, 15 Oktober 2018.
Kepala delegasi Korea Utara, Ri Son Gwon, berjabat tangan dengan mitra Korea Selatan, Cho Myoung-gyon, ketika mereka bertukar dokumen setelah pertemuan mereka di desa Panmunjom di zona demiliterisasi yang memisahkan kedua Korea, Korea Selatan, 9 Januari 2018. [REUTERS / Korea Pool]
Mereka setuju untuk mengadakan upacara pada akhir November atau awal Desember untuk meresmikan pekerjaan untuk menghubungkan kembali rel kereta api dan jalan yang telah ditutup sejak Perang Korea 1950-53.
Kedua pihak akan melakukan studi lapangan bersama pada rencana transportasi dari akhir bulan ini, menurut pernyataan bersama.
Baca: Korea Utara Membuka Diri, Kim Jong Un Genjot Pembangunan Daerah
Pembicaraan itu dipimpin oleh Menteri Unifikasi Selatan Cho Myoung-gyon dan Ri Son Gwon, ketua komite Utara untuk reunifikasi damai yang menangani urusan lintas batas.
"Kami berada pada momen yang sangat penting untuk denuklirisasi semenanjung Korea dan kemajuan hubungan antar-Korea, dan ada juga Korea Utara-AS kedua. KTT akan segera digelar," kata Cho sebelum berangkat ke Panmunjom.
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengangkat tangan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, saat berada di puncak Gunung Paektu di Korea Utara, 20 September 2018. Pyeongyang Press Corps/Pool via REUTERS
Pembicaraan antara kedua Korea berjalan secara paralel bersamaan dengan upaya AS untuk menekan Korea Utara agar menyerahkan senjata nuklir dan rudal yang diklaim Korea Utara dapat menghantam daratan AS.
Trump mengatakan Korea Selatan tidak akan mencabut sanksi terhadap Korea Utara tanpa persetujuan AS.
Baca: Korea Selatan - Korea Utara Mulai Bersihkan Ranjau di Perbatasan
Sementara prakarsa kereta api dan jalan bersama disetujui oleh Moon dan Kim pada pertemuan puncak terakhir mereka, di ibukota Korea Utara, Pyongyang.
Moon Jae-in juga mengatakan Korea Utara akan secara permanen menghapus fasilitas-fasilitas utama rudal di hadapan para ahli asing.
Tentara Korea Selatan mencari ranjau darat yang masih tertanam di zona demiliterisasi (DMZ) di Cheorwon, Korea Selatan, Selasa, 2 Oktober 2018. Pembersihan ranjau darat itu merupakan rencana yang disepakati dalam pertemuan puncak antara pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in di Pyongyang, Korea Utara, bulan lalu. Song Kyung-Seok/Pool via REUTERS
Para pemimpin kedua Korea juga mendukung pakta militer, yang meliputi penghentian latihan militer, zona larangan terbang di dekat perbatasan mereka dan penghapusan secara bertahap ranjau darat dan pos penjagaan di dalam Zona Demiliterisasi (DMZ).
Baca: Masih Terkena Sanksi Penuh Ekonomi, Korea Utara Kecam Amerika
Pada Agustus, rencana untuk inspeksi oleh kedua Korea untuk proyek kereta api dibatalkan setelah Komando PBB (UNC), yang tumpang tindih dengan pasukan AS di Korea Selatan dan pengawas di DMZ, menolak kereta uji coba membawa bahan bakar.
Namun Cho mengatakan sebelum pertemuan, bahwa UNC telah memberikan persetujuan untuk studi proyek kereta api dan jalan lintas batas Korea Selatan-Korea Utara melalui DMZ.