TEMPO.CO, Berlin – Lima negara yang tergabung dalam jaringan intelijen 5 Mata menjalin kerja sama berbagi informasi dengan Jerman dan Jepang untuk menghadapi ekspansi pengaruh dan investasi Cina.
Baca:
Menurut tujuh pejabat dari empat negara, upaya ini telah berjalan sejak awal 2018. Jaringan intelijen 5 Mata ini terdiri dari Australia, Inggris, Kanada, Selandia Baru, dan Amerika Serikat. Prancis terkadang terlibat dalam tukar menukar informasi ini tapi dengan frekuensi yang lebih rendah.
“Konsultasi dengan sekutu kita, dengan mitra sepaham, mengenai cara merespon strategi internasional Cina, sering dilakukan dan semakin mendapat momentum,” kata seorang pejabat Amerika Serikat kepada Reuters, Jumat, 12 Oktober 2018 waktu setempat.
Menurut beberapa pejabat ini, yang berbicara sebagai sumber anonim karena masalah ini sensitif, kerja sama ini meningkat untuk menangani isu gangguan asing. Cina menjadi fokus diskusi namun belakangan isu Rusia juga ikut dibahas.
“Awalnya bermula sebagai diskusi ad-hoc sekarang menjadi konsultasi detil mengenai cara terbaik dan kesempatan lebih jauh untuk bekerja sama,” masih kata pejabat tadi.
Baca:
Saat dimintai tanggapannya soal ini, pemerintah Jerman dan Jepang menolak untuk berkomentar.
Pemerintah Cina selama ini menolak tudingan berupaya mempengaruhi pemerintah lain dan investasi yang dilakukan tidak bermotif politik.
Kerja sama yang coba dibangun 5 Mata ini dilakukan di tengah sinyal bahwa Presiden AS, Donald Trump, bersiap untuk berkonfrontasi dengan Cina sendirian. Pada saat yang sama, sejumlah pejabat pemerintahan AS mencoba membangun koalisi untuk menghadang ekspansi pengaruh Beijing.
Saat ini, Amerika dan Cina berkonflik dalam tiga hal besar yaitu defisit perdagangan serta pencurian hak kekayaan intelektual, militerisasi Laut Cina Selatan dan Taiwan.
Ilustrasi Mata-Mata Cina. Infowars
Menurut pejabat yang diwawancarai, jaringan intelijen 5 Mata bertemu di Gold Coast, Australia, pada Agustus 2018 untuk membangun koordinasi lebih erat. Tapi negara mitra tidak ikut serta dalam pertemuan ini. Pertemuan di Gold Coast juga menyepakati untuk menggalang mitra global dan mempercepat pertukaran informasi mengenai aktivitas gangguan asing.
Baca:
Koordinasi internasional telah dipercepat untuk membatasi investasi Cina di perusahaan teknologi canggih. Ini juga untuk menghalau upaya internasional pemerintah Cina di bawah Presiden Xi Jinping untuk mempengaruhi pemerintahan asing dan masyarakatnya agar mendukung Cina, yang diduga dilakukan lewat tekanan ataupun imbalan.
Pemerintah Australia, misalnya, mengeluarkan paket undang-undang pada Desember 2018 untuk memperkuat aturan mengenai lobi asing dan donasi politik. UU itu juga memperluas definisi dari pengkhianatan dan espionase.
“Kita hidup di dunia baru,” kata salah satu pejabat dari jaringan intelijen 5 Mata yang kerap berpergian ke berbagai negara untuk mendiskusikan aktivitas Cina di luar negeri.
Baca:
Secara terpisah, pemerintah Cina mendesak Amerika untuk berhenti menggunakan istilah ‘pencurian siber’ untuk merusak citra negara itu dan merugikan hak serta kepentingannya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Lu Kang, mengatakan ini menanggapi adanya laporan dari perusahaan keamanan siber AS bahwa Cina meningkatkan upaya untuk mencuri informasi dan data berharga secara online selama enam bulan terakhir.
“Cina merupakan salah satu korban dari serangan dan pencurian siber,” kata Lu Kang seperti dilansir Xinhua pada Jumat, 12 Oktober 2018. “Cina selalu tegas menolak dan melawan segala bentuk serangan dan pencurian siber.”