TEMPO.CO, Washington – Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, berencana untuk bertemu di ibu kota Buenos Aires, Argentina, soal perang dagang. Argentina bakal menjadi tuan rumah untuk pertemuan puncak Group 20 Negara pada November 2018.
Baca:
Jika ini terlaksana maka ini pertemuan puncak pertama mereka pasca perang dagang, yang semakin meningkat antara kedua ekonomi terbesar dunia ini, menguatnya isu konflik Laut Cina Selatan dan Taiwan.
“Gedung Putih melanjutkan rencana untuk pertemuan Trump dan Xi,” begitu dilansir New York Post dan SCMP pada Kamis, 11 Oktober 2018 waktu setempat.
Baca:
Cina dikabarkan menginginkan pertemuan puncak ini bisa menjadi oportunitas bagi kedua pihak untuk menghindari eskalasi perang dagang, yang saat ini jumlahnya mencapai ribuan triliun.
Sejak Juli 2018, Trump telah mengenakan kenaikan tarif berkisar 10 – 25 persen untuk total barang impor dari Cina senilai sekitar US$250 miliar atau sekitar Rp3.800 triliun.
Baca:
Jumlah ini bakal meningkat karena Trump telah menyiapkan daftar impor dari Cina senilai US$267 miliar atau sekitar Rp4.000 triliun jika Cina terus melakukan retaliasi dengan ikut menaikkan tarif impor barang dari AS.
Hingga kini, Cina telah mengenakan tarif impor dari AS sekitar 10 – 25 persen untuk nilai barang sekitar US$110 miliar atau sekitar Rp1.700 triliun.
Dari pihak AS, rencana pertemuan ini didorong oleh dua tokoh bidang ekonomi yaitu Direktur Dewan Ekonomi, Larry Kudlow, dan Menteri Keuangan, Steven Mnuchin, yang mengkhawatirkan anjloknya pasar modal akibat perang dagang besar-besaran ini.
Baca:
Menurut media SCMP, yang berbasis di Hong Kong, Mnuchin dan Kudlow dianggap sebagai tokoh moderat di kubu Trump. Sedangkan tokoh garis keras di sana adalah Penasehat Dewan Perdagangan Nasional Peter Navarro, dan Robert Lighthizer, yang merupakan perwakilan Perdagangan AS.
Mengutip dari Wallstreet Journal, SCMP melansir Trump membuat tim khusus untuk menangani pertemuan puncak dengan Xi. Salah satu anggota tim ini adalah Christopher Nixon Cox, yang merupakan cucu dari bekas Presiden AS Richard Nixon. Nixon pernah mengunjungi Cina pada 1972 dan membuka hubungan diplomatik kedua negara.
Baca:
Sedangkan Cina menyiapkan Lie He, yang merupakan wakil Perdana Menteri dan merupakan orang kepercayaan Xi. Menurut Dennis Wildier, yang merupakan bekas kepala CIA bidang kajian Cina dan juga menjabat sebagai direktur dari Dewan Keamanan Nasional, para pejabat Cina mengindikasikan perlunya pertemuan ini.
“Cina ingin ada pertemuan langsung dengan Presiden karena merasa orang yang mewakili Presiden untuk bernegosiasi tidak selalu tahu keinginannya,” kata Wilder.