TEMPO.CO, Port Dickson – Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, dan calon penggantinya, Anwar Ibrahim, bersatu dalam kampanye pemilu sela di Port Dickson, Malaysia.
Baca:
Anwar maju sebagai kandidat anggota parlemen dari Partai Keadilan Rakyat di Port Dickson sebagai syarat agar dia bisa menjadi pengganti Mahathir sebagai PM kelak. Ini dengan syarat Anwar memenangi kursi parlemen di daerah itu.
Kesepakatan ini terbentuk saat Partai Keadilan Rakyat, yang dipimpin Anwar, berkoalisi dengan Partai Pribumi Bersatu Malaysia, dalam koalisi Pakatan Harapan, yang memenangi kursi mayoritas parlemen Dewan Rakyat di Malaysia pada pemilu 9 Mei 2018.
Baca:
Pada Senin, Mahathir, yang merupakan bekas mentor anwar yang menjadi rival politk dan sekarang menjadi sekutu ini, menghiasi berita utama dalam acara kampanye untuk Anwar Ibrahim.
“Saya mengatakan dengan kerendahan hati. Saya kenal dia. Saya cinta dia sebagai seorang ayah dan juga pemimpin,” kata Anwar kepada para pendukungnya di Port Dickson pada 8 Oktober 2018.
“Saya pernah bertarung politik melawannya dan sekarang saya menerimanya sebagai orang terbaik untuk memimpin Malaysia sekarang,” kata Anwar.
Baca:
Sedangkan Mahathir mengatakan dalam kampanye pertama bersama Anwar ini bahwa dia merasa senang bisa mendukung bekas deputi PM itu.
“Saya harap kemenangan ini bisa diraih Anwar sehingga kami bisa bekerja bersama – bukan untuk kepentingannya, atau kepentingan Mahathir atau kepentingan Mat Sabu (Menteri Pertahanan) atau untuk kepentingan Lim Guan Eng (menteri Keuangan). Tapi untuk kepentingan negara yang kita cintai ini dan kepentingan rakyat, yang memberi Pakatan Harapan kesempatan untuk memimpin negeri ini,” kata Mahathir, yang jarang terlihat bersama Anwar di ruang publik.
Kursi parlemen di Port Dickson ini diperebutkan tujuh kandidat termasuk oleh Isa Samad, yang pernah menjadi menteri kabinet,d an Saiful Bukhari, yang pernah menuding Anwar terlibat Sodomi.
Kehadiran Mahathir dan jajaran menteri yang mendukung Anwar menunjukkan kepada publik jika koalisi Pakatan Harapan masih solid pasca pemilu.
Baca:
“Bapak dan Ibu, jika saya masih memikirkan masa lalu dan Anwar masih memikirkan apa yang terjadi pada dirinya, kami tidak mungkin bisa bersatu seperti ini,” kata dia.
Menurut Mahathir, Mat Sabu dan Guan Eng juga pernah mendekam di penjara saat Mahathir berkuasa namun mereka semua mau bekerja sama. “Mereka bersedia melupakan masa lalu untuk menghadapi masa depan. Seperti juga saya,” kata dia.
Seperti dilansir Malaysia Kini, Mahathir menunjuk Mat Sabu dan Lim Guan Eng masing-masing sebagai menteri Pertahanan dan menteri Keuangan dalam kabinet baru pasca kekalahan bekas PM Najib Razak. Saat ini, Najib sedang menjalani proses pengadilan karena diduga terlibat korupsi dan pencucian uang.