TEMPO.CO, Jakarta -Kasus wartawan hilang, Jamal Khashoggi, 59 tahun, telah mendorong teman Khashoggi buka suara. Salah satu teman Khashoggi, Barnett Rubin, menceritakan Khashoggi sangat ketakutan dengan aturan negara asalnya yakni Kerajaan Arab Saudi, yang sekarang dipimpin oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Dikutip dari nbcnews.com pada Selasa, 9 Oktober 2018, Khashoggi menceritakan kegelisahannya itu pada Rubin beberapa bulan sebelum dia dilaporkan hilang oleh keluarganya. Otoritas Turki menduga, Khashoggi telah dibunuh di kantor konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki pada Selasa, 2 Oktober 2018 atau saat dia menyerahkan dokumen dan mencatatkan pernikahannya yang keempat dengan seorang warga negara Turki.
"Anak-anak saya dalam bahaya. Saya ditekan oleh isri dan teman-teman untuk bersikap bijaksana dan bungkam. Saya rasa saya harus bicara bijak," tulis Khashoggi dalam e-mail kepada Rubin pada September 2017.
Baca: Wartawan Jamal Khashoggi Diduga Sudah Dibunuh
Jamal Kashoggi. [Gulf Times]
Baca: Wartawan Hilang, Siapa Jamal Khashoggi
Rubin adalah teman Khashoggi di Pusat Kerja sama Internasional NYU, Amerika Serikat. Keduanya bertemu pertama kali 30 tahun silam. Rubin sangat yakin temannya itu menilai Putra Mahkota Mohammad bin Salman adalah sebuah ancaman.
Khashoggi adalah wartawan terkenal di Arab Saudi. Dia diketahui suka mengkritik kebijakan-kebijakan Kerajaan Arab Saudi. Sumber di Kerajaan Arab Saudi menyangkal Khashoggi tewas dibunuh di kantor konsulat Arab Saudi di Istambul, Turki.
Khashoggi pernah dekat dengan lingkaran keluarga Kerajaan Arab Saudi. Namun pada 2017 dia mengasingkan diri ke Amerika Serikat atau persisnya saat Putra Mahkota Mohammed bin Salman mengambil tampuk kekuasaan pada Juni 2017. Dalam pengasingan di Amerika Serikat, Khashoggi menjadi kontributor di Washington Post.