TEMPO.CO, Jakarta - Sepekan terakhir nama Jamal Khashoggi, 59 tahun, telah menjadi buah bibir. Wartawan kondang asal Arab Saudi itu sampai Senin, 8 Oktober 2018, tidak diketahui keberadaannya.
Jejak Khashoggi terakhir kali terlihat saat dia memasuki kantor konsulat jenderal Arab Saudi di Istanbul, Turki pada Selasa, 2 Oktober 2018. Dia datang bersama tunangannya yang seorang warga negara Turki untuk menyerahkan dokumen dan mencatatkan pernikahannya yang keempat. Tunangan Khashoggi, diminta menunggu di luar kantor konsulat jenderal Arab Saudi karena tak diperbolehkan masuk oleh aparat.
Setelah 11 jam menunggu, Khashoggi tak pernah menampakkan batang hidungnya. Keluarga dan teman-teman Khashoggi sangat yakin dia tengah ditahan oleh otoritas berwenang Arab Saudi.
Baca: Wartawan Jamal Khashoggi Diduga Sudah Dibunuh
Dikutip dari trtworld.com pada Senin, 8 Oktober 2018, Khashoggi adalah wartawan senior, kolumnis dan penulis yang memulai karirnya pada 1980-an sebagai reporter di Saudi Gazette, sebuah surat kabar bahasa Inggris di Arab Saudi. Dia dipercaya meliput perang Afganistan saat konflik disana mencapai puncaknya.
Khashoggi tercatat sebagai wartawan pertama dari negara Arab yang meliput perang Afganistan. Ketika itu, dia berhasil mewawancara Osama bin Laden, Ketua kelompok radikal al-Qaeda, yang saat itu dielu-elukan sebagai pahlawan.
Baca: Penyelidik Saudi Tiba di Istanbul, Selidiki Kasus Jamal Khashoggi
Organisasi internasional pun banyak yang meminta pandangan Khashoggi karena pemahamannya yang bagus soal politik Islam. Dia juga turun meliput perang Teluk dan melakukan peliputan hingga ke Al-Jazair, Kuwait dan Sudan. Puncak karirnya sebagai wartawan ketika dia diangkat menjadi Pemimpin Redaksi surat kabar Al-Watan.
Pada 2003, dia dicopot dari jabatannya ketika surat kabar Al-Watan mempublikasi tulisan opini dan editorial yang mempertanyakan apakah para ulama dibolehkan melakukan seruan perang suci.
Dalam karirnya sebagai wartawan, Khashoggi dikenal sangat kritis mengkritik kebijakan Kerajaan Arab Saudi dan menyuarakan kebebasan pers di Arab Saudi. Putra Mahkota Kerjaan Arab Saudi, Mohammad bin Salman, telah menjanjikan kebebasan pers sebagai bagian dari langkah reformasi yang dilakukannya.
Namun yang terjadi, Khashoggi semakin intensif mengkritik perpecahan yang terjadi di lingkup Kerajaan Arab Saudi atau persisnya sejak dia meninggalkan Arab Saudi pada 2017 dan pindah ke Amerika Serikat. Dia menuliskan kritik-kritik tersebut lewat tulisan kolom di Washington Post.
Dalam tulisannya yang terakhir, Khashoggi mengekspresikan kegelisahannya karena tidak melawan Kerajaan Arab Saudi ketika sejumlah rekan-rekan wartawannya ditahan dan menghadapi penindasan.