TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina atau UNRWA, Pierre Krahenbühl, memuji tingginya solidaritas dari Turki dan negara lain di dunia kepada lembaga amal itu setelah UNRWA mengalami pemangkasan anggaran.
“Saya sangat menghargai kepemimpinan yang ditunjukkan oleh Turki. Ini memberikan sebuah pesan yang sangat kuat saat UNRWA di bawah tekanan karena kami kehilangan banyak uang yang disumbang dari Amerika Serikat,” kata Komisaris Jenderal UNRWA Krahenbühl, seperti dikutip dari aa.com.tr pada Minggu, 7 Oktober 2018.
Baca: UNRWA Tak Akan Tutup Sekolah Anak-anak Pengungsi Palestina
Seorang anak perempuan Palestian barada di depan sekolah UNRWA saat menunggu masuk kelas pada hari pertama masuk sekolah di kota Gaza. 29 Agustus 2018. AP
Sebelumnya pada Agustus 2018, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan pihaknya tidak lagi berkomitmen mendanai program utama UNRWA yang ditujukan untuk menolong para pengungsi Palestina. Amerika Serikat selama ini telah menjadi negara pendonor terbesar terhadap UNRWA dengan menggelontorkan dana US$350 juta atau setara Rp 5,3 triliun per tahun.
Baca: Anggaran UNRWA Dipangkas, Yordania Galang Dana bagi Palestina
“Setiap kali saya ke Turki, ada sebuah keyakinan kuat, kekhawatiran besar mengenai Palestina dan para pengungsi Palestina yang menurut saya sangat penting. Pada tahun ini, karena situasi yang kami hadapi, saya melihat ada kenaikan solidaritas dan dukungan politik untuk mendorong UNRWA lewat kepemimpinan Turki” kata Krahenbühl, tanpa menjelaskan spesifik dukungan apa yang diberikan Turki kepada UNRWA.
Krahenbühl mengatakan setelah Amerika Serikat menarik bantuan, pihaknya harus mencari uang sumbangan agar sekolah-sekolah bagi para pengungsi Palestina tidak ditutup. Sebab jika sekolah sampai ditutup, maka anak-anak para pengungsi dari Palestina ini akan berhenti mendapatkan pendidikan.
Saat ini ada sekitar 500 ribu anak-anak pengungsi Palestina yang berlindung di Suriah, Libanon, Yordania, Tepi Barat, Yerusalem Timur dan Gaza. UNRWA bersyukur atas pengumpulan uang sumbangan dari sejumlah negara-negara Teluk, Asia dan negara lainnya di Eropa agar sekolah tetap dibuka.