TEMPO.CO, Jakarta - Komuntas Yazidi di Irak dan yang tersebar diseluruh dunia gembira atas terpilihnya Nadia Murad sebagai peraih Nobel bidang perdamaian 2018. Murad, 25 tahun, adalah korban perbudakan seks yang dilakukan oleh kelompok radikal Negara Islam Irak – Suriah atau ISIS yang sekarang menjadi aktivis.
Komite perdamaian Nobel memuji keberanian Murad dan menolak norma sosial yang meminta perempuan bungkam setelah mengalami kekerasan seksual karena dianggap memalukan. Murad akan berbagi hadiah Nobel bidang perdamaian dengan Denis Mukwege, seorang dokter ginekolog asak Kongo yang merawat ribuan perempuan korban perkosaan dan kekerasan seksual.
Baca: Denis Mukwege dan Nadia Murad Dapat Penghargaan Nobel Perdamaian
Menurut Nagham Hasan, pengakuan terhadap Murad bukan hanya pengakuan terhadap buruknya perlakuan yang diterima oleh perempuan Yazidi, tetapi juga seluruh perempuan di Irak yang menderita ditangan para ekstrimis. Hasan adalah aktivis dari Irak pembela hak-hak kelompok minoritas Yazidi dan dokter ginekolog yang merawat serta memberikan bantuan konseling pada perempuan Yazidi di kamp-kamp pengungsian di Irak, termasuk Nadia Murad.
“Ketika Nadia melarikan diri dan tiba di kamp di Sinjar, dia sangat trauma dan ketakutan. Namun sekarang dia berdiri sebagai seorang perempuan kuat dan menjadi suara bagi seluruh laki-laki dan perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual,” kata Hasan, seperti di kutip dari voanews.com pada Minggu, 7 Oktober 2018.
Baca: Eksklusif, Nadia Murad: ISIS Tidak Dapat Membungkam Kami
Kegembiraan juga dirasakan oleh Mirza Dinay, seorang psikolog keturuan Yazidi yang membantu ratusan perempuan Yazidi pencari suaka ke Jerman. Dia mengatakan sangat senang atas penghargaan Nobel kepada Murda yang merupakan simbol perjuangan perempuan terhadap kekerasan seksual di seluruh dunia.
“Ini adalah kemenangan bagi komunitas Irak, Kurdi dan Yazidi. Saya harap ini akan mendorong pemerintah Irak untuk memberikan lebih banyak dukungan bagi perempuan dan yang selamat dari kekerasan seksual,” kata Dinay.
Dawood Saleh, seorang laki-laki keturunan Yazidi dari Sinjar, Irak yang sudah menetap di Amerika Serikat mengatakan konsistensi Murad agar dunia mendengar buruknya apa yang dialami suku Yazidi, terbayar lunas. Sebagai orang Yazidi yang selamat dari pembantaian ISIS, dia pun ikut gembira atas penghargaan yang diberikan kepada Murad karena itu berarti Yazidi memiliki nilai di dunia.
Catatan PBB menyebut setidaknya 10 ribu masyarakat suku Yazidi tewas atau diculik saat ISIS melancarkan serangan ke Sinjar, Irak, pada 2014. Penyerangan itu dikecam dunia internasional.
Murad adalah salah satu perempuan yang diculik oleh ISIS di gunung Sinjar, wilayah barat Irak. Dia dijual beberapa kali sebagai budak seks ke anggota ISIS selama 3 bulan sebelum akhirnya berhasil melarikan diri.