Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Denis Mukwege dan Nadia Murad Dapat Penghargaan Nobel Perdamaian

Reporter

Editor

Budi Riza

image-gnews
Aktivis Yazidi, Nadia Murad (kiri) dan Dokter asal Kongo Denis Mukwege berhasil dianugerahi Nobel Perdamaian Dunia. REUTERS/Lucas Jackson/Vincent Kessler
Aktivis Yazidi, Nadia Murad (kiri) dan Dokter asal Kongo Denis Mukwege berhasil dianugerahi Nobel Perdamaian Dunia. REUTERS/Lucas Jackson/Vincent Kessler
Iklan

TEMPO.CO, Oslo – Denis Mukwege dan Nadia Murad terpilih sebagai penerima penghargaan Nobel Perdamaian seperti diumumkan Komite Nobel Perdamaian di Oslo pada Jumat, 5 Oktober 2018.

Baca:

 

Denis, yang merupakan seorang dokter asal Kongo, dan Nadia, yang merupakan aktivis HAM asal Irak, terpilih karena dedikasi mereka lewat upaya menghentikan kekerasan seksual sebagai senjata dalam perang.

“Kepada para korban selamat di seluruh dunia, saya ingin menyampaikan kepada Anda bahwa penghargaan ini menunjukkan kepada Anda dunia mendengarkan dan menolak adanya perbedaan perlakuan. Dunia menolak bersikap diam menyaksikan penderitaan yang Anda alami,” kata Denis dalam jumpa pers setelah pengumuman oleh Komite Nobel Perdamaian di Norwegia seperti dilansir Reuters pada Jumat, 5 Oktober 2018. Saat pengumuman Komite berlangsung, Denis sedang mengoperasi seorang pasien.

Baca:

 

Sedangkan Nadia Murad mengatakan dia mempersembahkan penghargaan bergengsi ini kepada warga etnis Yazidi dan bangsa Irak, Kurdi serta semua warga minoritas yang pernah menjadi korban kekerasan seksual di seluruh dunia.

“Bagi saya, ini mengingatkan saya kepada ibu saya yang dibunuh milisi Daesh (sebutan lain ISIS),” kata dia dalam pernyataan yang diterima Reuters.

Aktivis Yazidi, Nadia Murad berhasil Dianugerahi Nobel Perdamaian Dunia. REUTERS/Vincent Kessler

Nadia Murad berusia 21 tahun pada 2014 ketika teroris ISIS menyerang desa tempat tinggalnya di sebelah utara Irak. Kelompok teroris ini membunuh semua orang yang menolak masuk Islam termasuk enam orang saudara lelakinya dan ibunya. Setelah lolos, Nadia menuliskan pengalamannya dalam buku berjudul "The Last Girl".

Baca:

 

Soal alasan pemilihan Denis Mukwege dan Nadia Murad, Komite Nobel mengatakan,”Denis Mukwege merupakan dokter yang mendedikasikan hidupnya untuk membela para korban kekerasan seksual. Nadia Murad merupakan saksi korban kejahatan seksual kepada dirinya dan perempuan lain.”  

Komite Nobel, seperti dilansir ABC News, juga menyatakan,”Masing-masing mencoba membantu dengan caranya sendiri untuk memberikan perhatian lebih besar kepada para korban kejahatan seksual perang sehingga para pelaku bisa dimintai pertanggung-jawaban atas kejahatannya.”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saat ini, Mukwege mengepalai Rumah Sakit Panzi, yang terletak di Bukavu, Kongo bagian timur. Klinik yang dikelolanya menerima ribuan perempuan tiap tahun, yang sebagiannya merupakan korban kekerasan seksual dan membutuhkan bantuan.

Baca:

 

Sedangkan Nadia Murad merupakan aktivis dari etnis minoritas Yazidi di Irak, yang juga seorang pengungsi. Nadia pernah mengalami perbudakan dan perkosaan oleh militan ISIS di Mosul, Irak, pada 2014.

Dokter asal Kongo Denis Mukwege berhasil dianugerahi Nobel Perdamaian Dunia. REUTERS/Yves Herman

“Perkosaan dalam perang merupakan kejahatan serius selama berabad-abad. Tapi, itu menjadi kejahatan dalam bayangan. Denis dan Nadia menyoroti masalah ini sehingga terang benderang,” kata Dan Smith, direktur Stockholm International Peace Reasearch Institute, kepada Reuters.

Mukwege sebelumnya pernah mendapatkan Penghargaan HAM PBB dan Penghargaan Sakharov dari Parlemen Eropa. Dia mendedikasikan Penghargaan Nobel Perdamaian ini kepada para perempuan yang pernah menjadi korban tindak kekerasan seksual.

Baca:

 

Meskipun Perang Kongo II telah berakhir pada 2003 dan menewaskan sekitar lima juta orang, tindak kejahatan dan kekerasan masih terus terjadi. Ini dilakukan oleh kelompok milisi dengan menargetkan warga sipil tak bersenjata.

Pada 2012, sekelompok milisi menyerbu Rumah Sakit Panzi dan rumah Denis. Mereka menangkap putrinya dengan todongan senjata api dan menembak mati pengawalnya.

Ini terjadi tidak lama setelah Denis berpidato di PBB mengecam tindak kejahatan seksual massal dan perkosaan yang terjadi di Kongo dan para pelaku yang terkesan mendapat impunitas. “Dia telah mengambil resiko keselamatan hidupnya untuk membela kaum perempuan dari tindak kejahatan,” kata Smith. Kegigihan Denis Mukwege membawanya mendapatkan penghargaan Nobel Perdamaian.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Fakultas Filsafat UGM Dalami Dugaan Kekerasan Seksual Mahasiswa dengan Korban 8 Orang

9 hari lalu

Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta. (FOTO ANTARA)
Fakultas Filsafat UGM Dalami Dugaan Kekerasan Seksual Mahasiswa dengan Korban 8 Orang

Fakultas Filsafat UGM menunggu laporan dari para korban untuk penanganan yang lebih tepat dan cepat.


Korban Dugaan Kekerasan Seksual Rektor Universitas Pancasila Nonaktif Tutup Pintu Damai

19 hari lalu

Pengacara dua korban kekerasan seksual oleh Rektor Universitas Pancasila nonaktif Edie Toet, Amanda Manthovani. Tempo/Ricky Juliansyah
Korban Dugaan Kekerasan Seksual Rektor Universitas Pancasila Nonaktif Tutup Pintu Damai

Korban kekerasan seksual Rektor Universitas Pancasila nonaktif ingin agar jangan ada lagi petinggi yang leluasa melakukan pelecehahan di kampus.


Korban Dugaan Kekerasan Seksual Rektor Universitas Pancasila Tidak Mendapat Perlindungan dan Komunikasi dari Kampus

20 hari lalu

Pengacara dua korban kekerasan seksual oleh Rektor Universitas Pancasila nonaktif Edie Toet, Amanda Manthovani. Tempo/Ricky Juliansyah
Korban Dugaan Kekerasan Seksual Rektor Universitas Pancasila Tidak Mendapat Perlindungan dan Komunikasi dari Kampus

Amanda Manthovani, pengacara 2 korban kekerasan seksual diduga oleh Rektor Universitas Pancasila nonaktif mengaku tak ada perlindungan dari kampus.


Pengacara Korban Dugaan Kekerasan Seksual Rektor Universitas Pancasila Sebut Ada Korban Lain

20 hari lalu

Rektor Universitas Pancasila nonaktif Edie Tote Hendratno hadiri pemeriksaan atas dugaan pelecehan terhadap stafnya di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa, 5 Maret 2024. Edie diperiksa sebagai terlapor untuk laporan yang debut oleh DF yang mengaku sebagai korban pelecehan. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Pengacara Korban Dugaan Kekerasan Seksual Rektor Universitas Pancasila Sebut Ada Korban Lain

Pengacara dua korban kekerasan seksual yang diduga dilakukan Rektor Universitas Pancasila mengaku ada korban lain yang menghubungi dirinya.


Korban Dugaan Kekerasan Seksual Rektor Universitas Pancasila Kian Hari Kian Waswas dan Trauma

20 hari lalu

Rektor nonaktif Universitas Pancasila Edie Toet Hendratno (kiri) didampingi kuasa hukumnya usai menjalani pemeriksaan dugaan kasus pelecehan seksual di Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis, 29 Februari 2024. Dalam keteranganya, tudingan adanya pelecehan seksual tersebut hanya asumsi karna tidak ada bukti yang sah, ia juga mengaku kasus ini bagian dari politisasi menjelang pemilihan rektor. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Korban Dugaan Kekerasan Seksual Rektor Universitas Pancasila Kian Hari Kian Waswas dan Trauma

Amanda Manthovani, pengacara dua korban kekerasan seksual yang diduga dilakukan Rektor Universitas Pancasila nonaktif ungkap kondisi kliennya.


10 Negara Bagian di India yang Tidak Aman bagi Perempuan

21 hari lalu

Sejumlah wanita Indoa mengikuti aksi damai dalam memperingati Hari Perempuan Internasional di New Delhi, India, 8 Maret 2018. Mereka menolak atas kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan seksual dan diskriminasi dalam pekerjaan dan upah. (AP Photo / Manish Swarup)
10 Negara Bagian di India yang Tidak Aman bagi Perempuan

India dikenal sebagai salah satu negara paling berbahaya di dunia bagi perempuan.


Dugaan Pelecehan oleh Rektor Universitas Pancasila, Polisi Periksa 15 Saksi

22 hari lalu

Rektor nonaktif Universitas Pancasila Edie Toet Hendratno didampingi kuasa hukumnya usai menjalani pemeriksaan dugaan kasus pelecehan seksual di Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis, 29 Februari 2024. Dalam keteranganya, tudingan adanya pelecehan seksual tersebut hanya asumsi karna tidak ada bukti yang sah, ia juga mengaku kasus ini bagian dari politisasi menjelang pemilihan rektor. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Dugaan Pelecehan oleh Rektor Universitas Pancasila, Polisi Periksa 15 Saksi

Rektor Universitas Pancasila nonaktif Edie Toet Hendratno dilaporkan dua orang atas dugaan pelecehan


6 Alasan Tingkat Kekerasan Seksual terhadap Perempuan Tinggi di India

24 hari lalu

Unjuk rasa di India memprotes tinggi tindak kekerasan seksual pada perempuan. Sumber: AFP via Getty Images/mirror.co.uk
6 Alasan Tingkat Kekerasan Seksual terhadap Perempuan Tinggi di India

India menjadi salah satu negara paling berbahaya di dunia bagi perempuan dengan jumlah kasus kekerasan seksual dilaporkan 31 ribu lebih pada 2022.


Viral Pengakuan Blogger Spanyol Diperkosa Tujuh Pria India, Empat Pelaku Ditangkap

24 hari lalu

Unjuk rasa memprotes tingginya kasus kekerasan seksual di India. Sumber: AFP via Getty Images/mirror.co.uk
Viral Pengakuan Blogger Spanyol Diperkosa Tujuh Pria India, Empat Pelaku Ditangkap

Kekerasan seksual yang menargetkan kaum perempuan adalah hal biasa di India karena tingkat hukuman terhadap pelaku rendah.


Serba-serbi Women From Rote Island, Pencapaian Penghargaan hingga Sumbangan

25 hari lalu

Film Women from Rote Island. Dok. Bintang Cahaya Sinema/Langit Terang Sinema
Serba-serbi Women From Rote Island, Pencapaian Penghargaan hingga Sumbangan

Women From Rote Island menguak sisi lain tentang gambaran keindahan Rote