TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, menyebut Komite ASEAN bidang Penanganan Bencana Alam atau ACDM memiliki sebuah peran besar dalam mengkoordinasikan dan memperpanjang bantuan serta dukungan bagi Indonesia dalam menghadapi musibah gempa bumi berkekuatan 7,5 scala richter di Sulawesi Tengah. Jumlah korban tewas akibat gempa yang diikuti tsunami pada 28 Oktober 2018 di kabupaten Donggala dan ibu kota Palu telah mencapai 1.407 orang.
Dikutip dari channelnewsasia.com pada Kamis, 4 Oktober 2018, Mahathir mengatakan gempa bumi di Palu, Donggala dan Sigi telah menimbulkan kehancuran yang dahsyat. Musibah ini telah pula menimbulkan trauma.
Baca: Jerman Siap Kirim Bantuan Gempa Donggala Lewat Uni Eropa
“Sebagai negara tetangga, kami tidak ingin hanya duduk dan menonton apa yang terjadi, tetapi menolong tanpa koordinasi yang baik dan perencanaan hanya akan menimbulkan kekacauan yang lebih besar. Sebaliknya, kami ingin menolong tanpa merecoki tim penyelamat lainnya. Sudah sangat jelas dalam kondisi seperti ini, ACDM memiliki peran yang sangat besar,” kata Mahathir, dalam pembukaan pertemuan ACDM ke-33.
Baca: Gempa Palu Donggala, Tiga Anggota FPTI Ikut Menjadi Korban
Mahathir sangat yakin setiap anggota ACDM bersedia memperpanjang bantuannya kepada Indonesia melalui lembaga penanganan bencana masing-masing, termasuk Malaysia. Dia mengatakan melalui Badan Penanganan Bencana Nasional Malaysia atau NADMA, pihaknya telah berkoordinasi dengan lembaga terkait dan siap mengerahkan tim pencari dan penyelamat serta bantuan kemanusiaan ke Indonesia.
Mahathir mengatakan risiko bencana harus tangani dengan serius karena dampaknya sangat parah terhadap kehidupan dan perkembangan suatu negara. Separuh dari bencana alam yang di dunia terjadi di Asia sehingga membuat kawasan ini daerah rawan bencana, termasuk gempa.