Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Konflik Rohingya, Yayasan Nobel Sesalkan Sikap Aung San Suu Kyi

Reporter

image-gnews
Pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi (tengah) tiba di bandara Sittwe untuk kunjungan mendadak ke Rakhine, Myanmar, 2 November 2017. Suu Kyi tiba pada kunjungan pertamanya tanpa pemberitahuan. AFP
Pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi (tengah) tiba di bandara Sittwe untuk kunjungan mendadak ke Rakhine, Myanmar, 2 November 2017. Suu Kyi tiba pada kunjungan pertamanya tanpa pemberitahuan. AFP
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Yayasan Penghargaan Nobel menyesalkan sejumlah tindakan yang dilakukan Pemimpin de Facto Mynamar, Aung San Suu Kyi, terkait tindak kekerasan yang dialami etnis minoritas Rohingya di negara bagian Rakhine, Myanmar. Suu Kyi dituding telah gagal menggunakan otoritas moralnya untuk melindungi warga sipil     

“Kami melihat apa yang dia lakukan di Myanmar telah dipertanyakan banyak orang. Kami berdiri untuk HAM karena itu adalah salah satu nilai utama kami,” kata CEO Yayasan Nobel, Lars Heikensten, saat diwawancarai beberapa hari sebelum penganugerahan penghargaan perdamaian tahun ini, di Stockholm, Swedia.

Baca: Surat Terbuka Peraih Nobel Kritik Aung San Suu Kyi Soal Rohingya  

Dikutip dari Reuters pada Selasa, 2 Oktober 2018, Heikensten mengatakan tindakan yang diambil Aung San Suu Kyi sebagai pemimpin sipil Myanmar disesalkan, tetapi penghargaan Nobel Perdamaian yang pernah dianugerahkan kepadanya tidak bisa ditarik. Sebab peraturan Nobel tidak mengizinkan adanya penarikan penghargaan.

“Tidak masuk akal untuk mencoba menarik kembali penghargaan, itu akan menyebabkan diskusi panjang. Akan selalu ada pemenang Nobel yang melakukan hal-hal yang bertentangan, setelah mereka menerima hadiah, itu tidak bisa kami hindari,” kata Heikensten.

Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) mengenakan topeng tokoh Myanmar Aung San Suu Kyi saat aksi teatrikal sebagai bentuk solidaritas bagi umat muslim Rohingya di depan Gedung DPRD Malang, Jawa Timur, 4 September 2017. Mereka menuntut pemerintah lebih tegas dalam bersikap dengan mendesak Myanmar keluar dari ASEAN. ANTARA/Ari Bowo Sucipto

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Baca: Myanmar Tangkap Aktivis Pengkritik Aung San Suu Kyi

Sebelumnya pada Agustus 2018, tim penyidik PBB mengeluarkan laporan yang menuduh militer Myanmar telah melakukan pembunuhan massal terhadap masyarakat etnis minoritas Rohingya. Genosida atau pembantaian ini telah mengakibatkan lebih dari 700.000 etnis Rohingya mengungsi ke perbatasan ke Bangladesh-Myanmar.

Suu Kyi, memenangkan Penghargaan Nobel Perdamaian pada 1991, terkiat upayanya untuk menegakkan demokrasi di Myanmar yang ketika itu dipimpin oleh pemerintahan militer atau Junta. Dia menghabiskan 15 tahun masa hidupnya atau pada 1989-2010 sebagai tahanan rumah. Pada 2016 setelah Partai yang dipimpinnya yakni Partai Liga Nasional untuk Demokrasi memenangkan pemilu, Suu Kyi menjadi pemimpin de Facto Myanmar.

REUTERS | AQIB SOFWANDI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

7 jam lalu

Seorang tentara dari Tentara Pembebasan Nasional Karen (KNLA) berpatroli dengan kendaraan, di samping area yang hancur akibat serangan udara Myanmar di Myawaddy, kota perbatasan Thailand-Myanmar di bawah kendali koalisi pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Persatuan Nasional Karen, di Myanmar, 15 April 2024. REUTERS/Athit Perawongmetha
Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

Myanmar, yang dulunya dikenal sebagai Burma itu telah lama dianggap sebagai negara paria ketika berada di bawah kekuasaan junta militer yang menindas.


Menlu Thailand Kunjungi Perbatasan dengan Myanmar, Pantau Evakuasi

5 hari lalu

Seorang personel militer berjaga, ketika 200 personel militer Myanmar mundur ke jembatan ke Thailand pada hari Kamis setelah serangan selama berhari-hari oleh perlawanan anti-junta, yang menyatakan mereka telah memenangkan kendali atas kota perbatasan Myawaddy yang penting, yang terbaru dalam sebuah serangkaian kemenangan pemberontak, dekat perbatasan Thailand-Myanmar di Mae Sot, provinsi Tak, Thailand, 11 April 2024. REUTERS/Soe Zeya Tun
Menlu Thailand Kunjungi Perbatasan dengan Myanmar, Pantau Evakuasi

Menlu Thailand Parnpree Bahiddha-Nukara tiba di perbatasan dengan Myanmar untuk meninjau penanganan orang-orang yang melarikan diri dari pertempuran.


Ribuan Warga Myanmar Mengungsi ke Thailand Usai Kota Ini Dikuasai Pemberontak

5 hari lalu

Seorang anggota pemberontak Pasukan Pertahanan Kebangsaan KNDF Karenni menyelamatkan warga sipil yang terjebak di tengah serangan udara, selama pertempuran untuk mengambil alih Loikaw di Negara Bagian Kayah, Myanmar 14 November 2023. REUTERS/Stringer
Ribuan Warga Myanmar Mengungsi ke Thailand Usai Kota Ini Dikuasai Pemberontak

Thailand membuka menyatakan bisa menampung maksimal 100.000 orang warga Myanmar yang mengungsi.


Mantan Menlu Australia Julie Bishop Ditunjuk Sebagai Utusan Khusus PBB untuk Myanmar

11 hari lalu

Julie Bishop. Reuters
Mantan Menlu Australia Julie Bishop Ditunjuk Sebagai Utusan Khusus PBB untuk Myanmar

Mantan menlu Australia Julie Bishop ditunjuk sebagai utusan pribadi Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk Myanmar.


Sekjen PBB akan Tunjuk Utusan Khusus untuk Atasi Krisis Myanmar

13 hari lalu

Seorang anggota pemberontak Pasukan Pertahanan Kebangsaan KNDF Karenni menyelamatkan warga sipil yang terjebak di tengah serangan udara, selama pertempuran untuk mengambil alih Loikaw di Negara Bagian Kayah, Myanmar 14 November 2023. REUTERS/Stringer
Sekjen PBB akan Tunjuk Utusan Khusus untuk Atasi Krisis Myanmar

Meluasnya konflik bersenjata di seluruh Myanmar membuat masyarakat kehilangan kebutuhan dasar dan akses terhadap layanan penting


5 WNI Terjerat Online Scam di Myanmar

14 hari lalu

Judha Nugraha, Direktur perlindungan WNI & BHI Kementerian Luar Negeri. antaranews.com
5 WNI Terjerat Online Scam di Myanmar

Kementerian Luar Negeri sedang bekerja sama dengan KBRI Yangon dan KBRI Bangkok menangani kasus lima WNI terjerat online scam.


Dubes Jose: Rusia Mitra Tepat untuk Kembangkan PLTN di Indonesia

20 hari lalu

Duta Besar RI untuk Federasi Rusia, Jose Tavares. ANTARA/HO-KBRI Moskow.
Dubes Jose: Rusia Mitra Tepat untuk Kembangkan PLTN di Indonesia

BUMN energi nuklir Rusia, Rosatom, telah sejak lama menawarkan kerja sama pengembangan PLTN ke Indonesia


Fadli Zon Dorong Perdamaian Myanmar

21 hari lalu

Fadli Zon Dorong Perdamaian Myanmar

Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI, Fadli Zon, memimpin pertemuan bilateral yang penting dengan Delegasi Parlemen Myanmar dalam Pengasingan di Sidang Parlemen Dunia (IPU) di Jenewa, Swiss.


Bentrok di Rakhine, MER-C Minta Rumah Sakit Tak Diusik Pihak Bertikai Myanmar

23 hari lalu

Seorang pria memegang perangkat rakitan selama protes menentang kudeta militer, di Yangon, Myanmar, Sabtu, 27 Maret 2021. REUTERS / Stringer
Bentrok di Rakhine, MER-C Minta Rumah Sakit Tak Diusik Pihak Bertikai Myanmar

Ketua Presidium MER-C berharap Rumah Sakit Indonesia di Rakhine menjadi tempat netral di tengah konflik bersenjata Myanmar.


Junta Myanmar: Pemilu Berikutnya Mungkin Tak Diselenggarakan secara Nasional

23 hari lalu

Pemimpin junta Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing, yang menggulingkan pemerintah terpilih melalui kudeta pada 1 Februari 2021, memimpin parade tentara pada Hari Angkatan Bersenjata di Naypyitaw, Myanmar, 27 Maret 2021. REUTERS/Stringer
Junta Myanmar: Pemilu Berikutnya Mungkin Tak Diselenggarakan secara Nasional

Junta Myanmar mengumumkan bahwa pemilu Myanmar berikutnya berpotensi tak diselenggarakan secara nasional.