TEMPO.CO, Jakarta - Pengelola pembangkit nuklir Jepang Fukushima yang rusak mengatakan banyak air masih terkontaminasi radioaktif yang disimpan di reaktor tidak cukup bersih dan memerlukan perawatan lebih lanjut sebelum dibuang ke lautan.
Tokyo Electric Power Co. dan pemerintah Jepang, dilansir dari Associated Press, 29 September 2018, mengatakan bahwa perawatan air telah menghilangkan semua unsur radioaktif kecuali tritium, yang menurut para ahli aman dalam jumlah kecil yang disebut "air tritium".
Baca: Tewas, Korban Pertama Radiasi Reaktor Nuklir Fukushima
TEPCO mengatakan bahwa penelitian menemukan air masih mengandung unsur-unsur lain, termasuk radioaktif yodium, cesium dan strontium. Dikatakan 80 persen lebih dari 900.000 ton air yang disimpan dalam tangki besar, padat berisi radioaktivitas melebihi batas untuk dibuang ke lingkungan.
Pada foto 23 Februari 2017, seorang karyawan berjalan melewati tangki penyimpanan untuk air yang terkontaminasi di PLTN Fukushima Dai-ichi yang terkena dampak tsunami di Tokyo Electric Power Co. (TEPCO) di kota Okuma, perfektur Fukushima , Jepang. (Foto Tomohiro Ohsumi / Pool via AP, File)
General manager TEPCO Junichi Matsumoto mengatakan unsur-unsur radioaktif tetap ada, terutama pada awal krisis ketika para pekerja pabrik harus menangani air dalam jumlah besar yang terkontaminasi dan bocor dari reaktor yang rusak, dan tidak cukup waktu untuk menghentikan mesin perawatan untuk sering mengganti filter.
Baca: Jejak Radioaktif PLTN Fukushima Ditemukan pada Wine California
"Kami harus memprioritaskan pengolahan air dalam jumlah besar secepat mungkin untuk mengurangi resiko secara keseluruhan," kata Matsumoto.
Sekitar 161.000 ton air yang diolah memiliki 10 hingga 100 kali unsur radioaktif sebelum dibuang ke lingkungan, dan 65.200 ton lainnya memiliki hampir 20.000 kali batas radioaktif.
Para pekerja sukarela membersihkan selokan di sebuah sekolah dasar di Fukushima, saat acara 'bersih-bersih' radiasi yang diadakan seorang pendeta Zen bernama Koyu Abe. Abe mengadakan acara ini untuk meringankan beban dan menghibur warga yang terkena dampak bocornya reaktor Fukushima akibat bencana gempa dan tsunami tahun lalu. Foto diambil 5 Februari 2012. REUTERS/Yuriko Nakao
Matsumoto mengatakan PLTN akan mengendalikan air lebih lanjut untuk memastikan tingkat kontaminasi dikurangi hingga batas yang diizinkan.
Lebih dari 7,5 tahun sejak gempa bumi dan tsunami besar Maret 2011 menghancurkan tiga reaktor di PLTN Fukushima, Jepang belum mencapai konsensus mengenai apa yang harus dilakukan dengan air radioaktif. Nelayan dan penduduk menentang pembuangan air ke laut. Para ahli nuklir telah merekomendasikan pelepasan air yang terkontrol ke Pasifik sebagai satu-satunya pilihan yang realistis.
Baca: Radiasi Masih Tinggi, Turis Dilarang Selfie di PLTN Fukushima
TEPCO mengatakan hanya memiliki kapasitas untuk menyimpan hingga 1,37 juta ton air hingga 2020 dan tidak dapat didiamkan di PLTN selamanya.
Beberapa ahli mengatakan air dapat disimpan selama beberapa dekade, tetapi yang lain mengatakan bahwa tangki mengambil terlalu banyak ruang di pabrik dan dapat mengganggu pekerjaan yang sedang berlangsung, yang bisa memakan waktu beberapa dekade.
Baca: 7 Tahun Gempa Bumi Fukushima, Korban Selamat masih Trauma?
Pilihan pembuangan air terkontaminasi menghadapi kritik keras pada pertemuan-pertemuan kota di Fukushima dan Tokyo pada akhir Agustus, ketika TEPCO dan pejabat pemerintah memberikan sedikit penjelasan tentang pencemaran air radioaktif, yang telah dilaporkan di media Jepang beberapa hari sebelumnya.