TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat ingin menciptakan aliansi negara-negara Arab serupa "NATO Arab" yang akan menyatukan mitra AS di Timur Tengah dalam aliansi anti-Iran.
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, bertemu di New York dengan menteri luar negeri dari Bahrain, Mesir, Yordania, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab pada Jumat 28 September untuk memajukan proyek tersebut, seperti dilaporkan Associated Press, 29 September 2018.
Baca: Serangan Parade Militer, Arab Saudi Kecam Tudingan Iran
Departemen Luar Negeri AS mengatakan Pompeo telah menekankan perlunya untuk mengalahkan kelompok ISIS dan organisasi teroris lainnya serta mengakhiri konflik di Suriah dan Yaman, mengamankan Irak dan menghentikan aktivitas Iran di wilayah tersebut.
Qatar memperluas pangkalan udara Amerika Serikat di Al Udeid yang selama ini menampung 10 ribu personil militer AS berikut pesawat tempur dan peralatan militer lainnya.
Namun sebuah aliansi keamanan regional yang diusulkan Amerika Serikat kepada sekutunya di Timur Tengah akan beresiko jika sengketa Teluk tidak terselesaikan, kata menteri luar negeri Qatar, seperti dilansir dari Reuters.
Arab Saudi, Emirat, Bahrain dan Mesir memutus hubungan perjalanan dan perdagangan dengan Qatar pada Juni 2017, menuduh negara itu mendukung Iran dan mendukung terorisme. Qatar membantah tuduhan itu dan mengatakan boikot itu mencampuri urusan kedaulatannya.
Baca: Iran Balas Penghinaan Donald Trump di Sidang Umum PBB
Amerika Serikat telah mencoba untuk menengahi perselisihan namun tidak membuahkan hasil. Ini adalah sekutu Dewan Kerjasama Teluk enam negara, dan Qatar adalah rumah bagi pangkalan udara utama AS.
Aliansi Strategis Timur Tengah (MESA) dimaksudkan untuk berfungsi sebagai benteng melawan Iran dan ekstremisme, kata AS. Tetapi tidak jelas bagaimana MESA bisa awet di tengah perselisihan diplomatik Qatar.
Angkatan Laut Qatar saat melakukan latihan bersama dengan militer AS di Teluk Arab, Qatar, 16 Juni 2017. Pengerahan kapal militer AS ke Doha ini dilakukan di tengah pengucilan Qatar oleh negara-negara Teluk Arab. REUTERS/Naseem Zeitoon
"Mengenai aliansi dan penciptaan aliansi, dengan mengabaikan celah GCC (Negara-negara Teluk), kami tidak berpikir bahwa, bahkan jika itu disahkan, akan efektif," kata Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani di New York.
Amerika Serikat berencana menyelenggarakan pertemuan puncak pada bulan Oktober untuk membahas rencana tersebut, tetapi rencana ini telah mundur beberapa bulan. Seorang pejabat senior pemerintahan mengatakan Washington masih berencana untuk mengadakan KTT di kemudian hari.
Baca: Bangun Kanal Pisahkan Qatar, Arab Saudi Siapkan Rp 11 Triliun
Berbicara kepada Reuters awal minggu ini, Menteri Urusan Luar Negeri UEA, Anwar Gargash, menyambut baik proposal MESA dan menunjukkan komitmen Amerika Serikat terhadap kawasan Timur Tengah dan sangat penting dalam sistem internasional yang sangat tidak stabil. Namun dia menambahkan bahwa sengketa negara Teluk tidak akan mempengaruhi MESA.
"Krisis Qatar ada di belakang rencana. Ini tidak ada hubungannya dengan kemampuan kami untuk menghadirkan front persatuan Timur Tengah dan menjadi bagian proaktif dari aliansi Arab yang lebih besar yang dipimpin oleh Amerika Serikat," kata Gargash.