TEMPO.CO, Jakarta - Di tengah hujanan kritik dan pengakuan korban pelecehan seksual, Presiden Donald Trump tetap mencalonkan Brett Kavanaugh sebagai hakim agung.
Bahkan Trump memujinya saat Kavanaugh membela diri dari tudingan melakukan pelecehan seksual terhadap sejumlah wanita.
“Hakim Kavanaugh menunjukkan kepada Amerika persis kenapa saya menominasikannya. Kesaksiannya sangat kuat, jujur dan memukau. Pencarian dan penghancuran strategi partai Demokrat memalukan, dan proses ini merupakan kepura-puraan dan upaya total untuk menunda, menghalangi, dan menolak. Senat harus memilih!”
Judge Kavanaugh showed America exactly why I nominated him. His testimony was powerful, honest, and riveting. Democrats’ search and destroy strategy is disgraceful and this process has been a total sham and effort to delay, obstruct, and resist. The Senate must vote!
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) September 27, 2018
Sebelumnya, Kavanaugh sambil berurai air mata mengatakan proses pemilihan hakim untuk Mahkamah Agung sebagai sebuah aib nasional yang telah menghancurkan reputasinya secara permanen. Ia menuduh Demokrat telah mengatur pembunuhan karakter yang mengerikan dan terkoordinasi.
“Atas tuduhan tersebut, dalam dua minggu terakhir, saya telah melalui neraka. Saya peringatkan, seluruh negeri akan hancur, jika mereka diizinkan untuk mencegah pencalonan saya,” kata Kavanaugh marah dalam pernyataannya di hadapan media yang disiarkan langsung kepada masyarakat Amerika, seperti dilansir dari Telegraph.
Baca: Perkenalkan, Calon Hakim Agung Pilihan Donald Trump
Hari ini, Komisi Kehakiman Senat Yudisial Amerika Serikat menggelar dengar pendapat dengan Kavanaugh untuk kemudian memberikan suara mencalonkan atau tidak mendukung pencalonan Kavanaugh. Dibutuhkan suara mayoritas dari 51 senator suara untuk merestui Kavanaugh menjadi hakim agung. Jika suara terbanyak mendukung calon pilihan Trump, maka Mahkamah Agung AS didomoninasi hakim konservatif.
Pemungutan suara senator sepertinya akan mempertimbangkan kesaksian Christine Blassy Ford, seorang professor di California yang menuduh Kavanaugh sebagai tersangka kekerasan seksual pada musim panas, 1982. Pengakuan serupa disuarakan oleh dua wanita lainnya, yakni Deborah Ramirez dan Julie Swtnick.
Prof Frod menceritakan bagaimana dia dibawa ketempat tidur oleh Kavanaugh saat pesta rumah pada masa sekolah. Dia mengatakan takut atas pemerkosaan tersebut dan tidak sengaja hampir terbunuh olehnya.
“Ketika dia mabuk, meraba-raba dan mencoba melepaskan pakaiannya, dan menutupi mulut saya, ketika saya berteriak. Saya hanya mampu melarikan diri,” ungkapnya.
Baca: Disebut Egois, Donald Trump Tuntut Hakim Agung AS Mundur
Kavanaugh mengaku dirinya memang meminum bir semasa pesta sekolah menengah, tetapi berulang kali mengatakan tidak pernah menyerang orang secara seksual.
“Ini adalah sirkus. Pembunuhan karakter yang mengerikan dan terkoordinasi ini akan menghalangi orang-orang yang berkompeten dan baik dari semua keyakinan berpolitik untuk melayani negara,” tambah Kavanaugh yang tersulut emosi.
Republik dan Demokrat, serta kelompok termasuk American Bar Association telah menyerukan penundaan pemungutan suara untuk memberi Senat dan masyarakat lebih banyak waktu dalam pertimbangan tuduhan pelecehan seksual kepada Kavanaugh.
Partai Demokrat dan Prof Frod telah mendesak FBI untuk memeriksa tuduhannya. Namun, Trump mengatakan FBI tidak ingin menyelidiki tuduhan ini karena tidak melalui jalur hukum secara benar. Sementara tokoh kongres Republik lainnya menolak atas pelaporan tersebut.
Kasus yang dialami 3 perempuan yang mengaku korban pelecehan seksual Kavanaugh pernah terjadi kepada Anita Hill, wanita yang menuduh seorang calon hakim agung telah melakukan pelecehan seksual dan kasus ini diperiksa oleh FBI pada 1991.
TELEGRAPH | QUARTZ | AQIB SOFWANDI