TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menginginkan solusi dunia negara untuk menyelesaikan konflik sengketa wilayah Israel-Palestina. Pernyataan ini menyiratkan Amerika Serikat mendukung jalan keluar itu setelah sebelumnya Trump menyatakan hanya mendukung solusi dua negara jika Israel-Palestina setuju dengan hal itu.
"Saya suka solusi dua negara. Itu yang saya rasa paling baik, perasaan saya menyiratkan hal itu," kata Trump, yang disampaikan di sidang umum PBB, Rabu, 27 September 2018.
Dikutip dari Reuters, Kamis, 27 September 2018, Trump dalam pertemuannya dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan akan memaparkan sebuah rencana damai dalam 2-3 bulan ke depan. Trump tidak merinci rencana yang dimaksud.
"Saya sangat yakin sesuatu akan terjadi. Banyak orang bilang mencetak kesepakatan dalam konflik Israel-Palestina adalah yang terberat," kata Trump.
Baca: Palestina: Pengakuan Trump Atas Yerusalem Tak Bisa Diterima
Menurut Netanyahu, masa depan Palestina tergantung pada kesediaan negara itu untuk mau membebaskan diri dari militerisasi dan mau mengakui Israel sebagai negara bagi masyarakat Yahudi. Nethanyahu mengaku tak terkejut Trump pada akhirnya memilih solusi dua negara sebagai jalan keluar konflik perebutan wilayah ini.
Sekutu-sekutu Amerika Serikat dari negara-negara Arab sangat mendukung solusi dua negara. Sedang masyarakat Palestina melihat Netanyahu sbagai sosok yang tidak memiliki itikad untuk menjadi pencetak perdamaian.
Baca: 4 Sikap Amerika Serikat Terhadap Palestina di Masa Donald Trump
Pesimisme muncul apakah pemerintahan Trump dapat mengunci kesepakatan yang disebutnya kesepakatan akhir setelah pada Desember 2017 Trump menyatakan pihaknya mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Konsekuensi atas pengakuan itu, Amerika Serikat akan memindahkan kantor kedutaannya dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Trump mengatakan menyelesaikan sengketa perebutan wilayah Israel-Palestina adalah prioritas pemerintahnya. Dia pun mengklaim sudah banyak membuat kemajuan dalam hal ini.