TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Kuba, Miguel Díaz-Canel, untuk pertama kalinya sejak terpilih pada April 2018, muncul di panggung dunia dengan menghadiri sidang umum PBB di New York, Amerika Serikat. Dalam sesi pertemuan damai UNGA Nelson Mandela pada Senin, 24 September 2018, Díaz-Canel menyuarakan hubungan persaudaraan antara Kuba dan Afrika.
"Kuba merasa terhormat mengenang bahwa kami memiliki perjuangan yang sama dengan saudara-saudara kami dari Angola dan Namibia. Kami pun tidak akan pernah melupakan Cuito Cuanavale kota di Angola," kata Díaz-Canel, seperti dikutip dari miamiherald.com pada Selasa, 25 September 2018.
Baca: Presiden Kuba Akan Adukan Embargo Ekonomi Amerika di Sidang PBB
Dalam kesempatan itu, Díaz-Canel pun menyerukan masyarakat Kuba untuk mendoakan Nelson Mandela, mantan pejuang antiapartheid dan mantan Presiden Afrika Selatan. Dia mengatakan mantan Panglima Kuba, Raúl Castro, menggambarkan Mandela sebagai seorang pahlawan persatuan, rekonsiliasi dan perdamaian. Sedangkan Komandan Revolusi Kuba, Fidel Castro Ruz, mendefinisikan Mandela sebagai contoh manusia yang sangat hangat.
Díaz-Canel menggunakan sisa pidatonya untuk menegaskan posisi kebijakan luar negerinya. Kuba mengutuk perlombaan senjata, kesenjangan dan kemiskinan sebagai pemicu konflik kekerasan. Dia pun menyinggung prinsip kedaulatan.
Baca: Miguel Diaz-Canel, Calon Pemimpin Kuba
Menurut Díaz-Canel, perdamaian dunia masih terancam oleh filosophi dominasi. Sama seperti Mandela, masyarakat Kuba pun ingin menentukan takdir masa depan mereka sendiri.
Pada Rabu, 26 September 2018, Díaz-Canel kembali dijadwalkan memberikan pidato atau sehari setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump memberikan pidato di sidang umum PBB. Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat belum mengumumkan kemungkinan adanya rencana pertemuan antara delegasi Amerika Serikat dan Kuba di PBB. Gedung Putih pun belum mengkonfirmasi apakah Presiden Kuba akan diundang dalam sebuah resepsi yang dijamu oleh Trump pada Senin malam, 24 September 2018, waktu setempat.