TEMPO.CO, Washington – Duta besar Amerika Serikat untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Nikki Haley, mengatakan menolak tudingan pemerintah Iran bahwa Washington dan sekutu di Teluk bersalah atas serangan bersenjata terhadap parade militer Iran pada Sabtu, 22 September 2018.
Baca: Parade Militer Iran Diserang, 24 Tewas
Serangan yang dilakukan empat orang bersenjata itu menewaskan 29 orang, yang terdiri dari pasukan Garda Revolusi, warga sipil seperti perempuan, anak-anak, dan jurnalis. Keempat penembak tewas dalam baku tembak dengan petugas.
“Dia mengalami orang Iran yang memprotes. Semua uang yang masuk ke Iran masuk ke militer. Dia telah menindas rakyatnya dalam waktu yang lama dan dia perlu melihat pada basisnya untuk mengetahui itu berasal dari mana,” kata Haley seperti dilansir Reuters dengan mengutip CNN pada Ahad, 23 September 2018 waktu setempat.
Baca:
Iran: Penyerang Parade Militer Terkait dengan Mossad
“Dia bisa menyalahkan kita semua. Hal yang harus dia lakukan adalah melihat cermin,” kata Haley.
Dia juga mengatakan AS tidak berupaya melakukan perubahan pemerintahan di Iran (regime change). Menurut Haley, pemerintahan Trump mengenakan sanksi yang mengganggu ekonomi Iran setelah Trump menarik diri dari perjanjian nuklir 2015. Menurut dia, Washington berupaya melawan pengaruh jahat Iran di wilayah ini karena melakukan uji coba nuklir, mendukung terorisme dan menjual senjata.
Baca:
5 Hal Soal Kelompok yang Dituding Menyerang Parade Militer Iran
Pasukan Garda Revolusi Iran bersumpah pada Ahad, 23 September 2018, untuk membalas dengan keras kelompok pelaku penyerangan, yang telah menewaskan 12 orang anggotanya.
Pasca serangan ini, sejumlah pejabat tinggi Iran melontarkan tuduhan pelaku didukung Amerika Serikat dan dua negara teluk sekutunya.
Foto:
Suasana Mencekam Saat Peristiwa Serangan di Parade Militer Iran
“Amerika ingin menimbulkan kekacauan dan keresehatan di negara kita agar dia dapat kembali ke negara ini. Tapi ini semua fantasi tidak nyata dan mereka tidak akan pernah mencapai targetnya,” kata Rouhani. Pernyataan senada datang dari pemimpin tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei, dan Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif.