TEMPO.CO, Jakarta - Etnis Uighur yang menjadi etnis minoritas di Cina, adalah salah satu etnis minoritas yang mendapat diskriminasi oleh pemerintah pusat.
Lembaga Human Rights Watch mengatakan etnis minoritas Uighur mengalami penahanan, pembatasan praktek ibadah, dan indoktrinisasi politik oleh pejabat dan petugas keamanan Cina, seperti dilansir Reuters, 22 September 2018.
Baca: Dipisahkan dari Orang Tua, Cina Doktrin Anak-anak Etnis Uighur
Panel HAM PBB mengatakan pada Agustus lalu Cina diyakini telah menahan sekitar 1 juta warga etnis Uighur dalam kamp penahanan di daerah Xinjiang, untuk menjalani pendidikan politik. Betikut sejumlah fakta tentang latar belakang etnis Uighur hingga kenapa pemerintah Cina mempersekusi etnis ini.
1. Siapa Etnis Uighur?
Etnis Uighur [OMF International]
Uighur adalah orang Turki asli Asia Tengah dan mendiami bagian dari lembah Tarim, Junghar, dan Turpan. Uighur sendiri menyebut daerah ini secara kolektif sebagai "Uighuristan," "Turkestan Timur," dan kadang-kadang "Turkistan Cina."
Dilansir dari Radio Free Asia, wilayah ini mencakup 2000 kilometer dari Timur ke Barat dan 1650 kilometer dari Utara ke Selatan, berbatasan dengan Mongolia, Rusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan , Afganistan, Pakistan, dan India, serta provinsi Gansu dan Qinghai Cina dan Daerah Otonomi Tibet.
Wilayah Otonomi Xinjiang Uyghur Cina (XUAR) meliputi hampir seperenam wilayah Cina.
Baca: Badan HAM PBB Minta Cina Buka Pintu Soal Etnis Uighur
Nama Uighur atau juga ditulis dengan Uygur, pertama kali muncul dalam prasasti Orkhun Kok Turk dan dalam naskah awal Uighur, Manichaean, dan Sogdian pada abad pertengahan, serta dalam manuskrip Arab-Persia.
Uighur dan leluhur mereka adalah orang-orang kuno yang telah tinggal di Asia Tengah sejak milenium pertama sebelum Masehi. Wilayah ini sangat penting sejak awal karena lokasi geografisnya yang disukai di jalur perdagangan kuno antara Timur dan Barat, menghubungkan peradaban Yunani-Romawi dengan budaya Budha India dan tradisi Asia Tengah dan Timur. Perdagangan, perdagangan, dan pertukaran budaya yang berkembang membawa karakter kosmopolitan ke wilayah Uighur, ditandai dengan toleransi linguistik, ras, dan agama.