TEMPO.CO, Kairo – Pengadilan di Kairo, Mesir, mencopot hakim Ahmed Aboul-Fetouh, yang memerintahkan penahanan dua anak bekas diktator Mesir, Hosni Mubarak, terkait kasus insider trading saham sebuah bank lokal.
Baca:
Dalam putusannya, Aboul-Fetouh menolak alasan teknis yang digunakan pengacara dari Alaa dan Gamal untuk membebaskan kliennya.
Beberapa jam pasca pencopotan Aboul-Fetouh, sebuah pengadilan lain di Kairo memerintahkan pembebasan kedua anak Mubarak itu yaitu Alaa dan Gamal dari tahanan.
“Keputusan pada Kamis untuk membebaskan dua anak lelaki Mubarak itu disertai jaminan sebesar $5.600 per orang (sekitar Rp83 juta),” begitu dilansir AP News pada Kamis, 20 September 2018.
Baca:
Pengacara kedua anak Mubarak beralasan kliennya memiliki tempat tinggal yang jelas dan dan mengikuti proses persidangan dengan rutin sehingga tidak perlu ditahan. Mereka menuding putusan hakim Aboul-Fetouh untuk menahan Alaa dan Gamal sebagai tidak beralasan.
Kasus perdagangan menggunakan informasi orang dalam atau insider trading ini melibatkan sebuah bank Mesir yang bakal dibeli investor dari negara Arab di Teluk. Sebelum akuisisi berlangsung, kedua bersaudara itu telah membeli saham bank itu dalam jumlah besar dan mengerek harganya.
Baca:
Menurut Daily News Egypt, pengadilan juga memerintahkan pembebasan Hassan Mohamed Hassanein Heikal, Yasser Soliman El-Mallawany, dan Ahmed Fathy Hussein, yang juga dituding terlibat dalam kasus insider trading saham ini.
Mubarak dan kedua anaknya itu pernah ditahan untuk pertama kali secara bersamaan dalam kasus penggelapan dana operasional istana kepresidenan. Pengadilan memerintahkan ketiganya dipenjara selama tiga tahun. Ini terjadi setelah gerakan Arab Spring atau kebangkitan Arab melanda Mesir pada 2011. Mubarak sempat berkuasa selama 29 tahun.
Dua putra mantan Presiden Mesir, Hosni Mubarak, Gamal (kiri) dan Alaa Mubarak (kanan). (AP Photo)
Baca:
Kedua putra Hosni Mubarak itu, Alaa dan Gamal, dibebaskan dari penjara pada 2015. Sedangkan Mubarak baru keluar dari penjara pada 2017. Alaa dan Gamal kerap muncul di depan publik dan ini memunculkan resistensi dari para pendukung Presiden baru Mesir, Abdel-Fattah el-Sissi. Salah satunya adalah Yasser Rizq, yang menjadi redaktur di surat kabar pemerintah dan dekat dengan el-Sissi. Dia menuding Gamal berencana untuk menggantikan Sissi sebagai Presiden pada masa akhir jabatan 2022.