TEMPO.CO, Beijing – Komisaris Alibab Group, Jack Ma, mengatakan rencana untuk menciptakan satu juta lapangan kerja di Amerika Serikat batal terwujud karena terjadinya perang dagang antara AS dan Cina.
Baca:
Jack Ma Jelaskan Kepastian Proyek Jack Ma Institute di Indonesia
Padahal, konglomerat berusia 54 tahun ini sudah menggelar konferensi besar di Detroit pada 2017 untuk mendorong para pengusaha kecil dan petani AS menjual produk mereka lewat platform Alibaba.
Jack Ma, yang bekas guru bahasa Inggris, merupakan seorang pendukung perdagangan global dan menolak perang dagang AS dan Cina, yang dinilai menggangu pertumbuhan ekonomi dunia.
Jack Ma mengatakan ini dalam wawancara dengan kantor berita Cina, Xinhua, dan dilansir Reuters pada Rabu, 19 September 2018.
Baca:
Resmi Diganti, Jack Ma Tulis Surat yang Mengharukan
“Komitmen ini dibuat berdasarkan hubungan kerja sama Cina dan AS dan prinsip perdagangan bilateral yang rasional dan obyektif,” kata Jack Ma kepada Xinhua seperti dikutip Reuters.
Jack Ma melanjutkan,”Situasi saat ini telah menghancurkan kondisi yang dibutuhkan. Sehingga janji itu tidak bisa diwujudkan.”
Dalam Forum Ekonomi Dunia di Tianjin, Cina, Jack Ma mengatakan situasi ekonomi dunia sedang tidak bagus. Dan ini bisa berlangsung lama hingga 20 tahun. Menurut dia, Cina harus fokus pada ekspor dengan memanfaatkan Jalur Sutra moderen, yang terbentang dari Afrika, Asia Tenggara dan Eropa.
Baca:
Trump Naikkan Tarif Impor Rp 3.000 Triliun, Cina Janji Balas
Jack Ma menyampaikan janji lapangan kerja satu juta tadi itu secara terbuka pada 2016 seusai bertemu Presiden terpilih Donald Trump di Gedung Trump Tower.
Saat itu, Jack Ma berjanji akan memfasilitasi setidaknya satu juta pengusaha kecil AS lewat platform bisnis online Alibaba sehingga produknya bisa dibeli konsumen Cina.
Saat itu, Jack Ma, yang merupakan salah satu orang terkaya di Cina, mengatakan pengusaha kecil AS bisa memanfaatkan bisnis online Tmall dan Taobao, yang dinaungi Alibaba.
Ilustrasi perang dagang Amerika Serikat dan Turki. Gmfus.org
Dia mengatakan setiap bisnis AS bakal butuh merekrut setidaknya satu tenaga kerja tambahan agar bisa memenuhi penjualan ekstra karena tingginya permintaan dari Cina.
Baca:
Jack Ma: Saya Selamanya akan Jadi Milik Alibaba
Seperti dilansir CNN, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan rencana kenaikan tarif 10 persen untuk impor dari Cina senilai US$200 miliar atau sekitar Rp3000 triliun.
Sebelumnya, Trump telah mengenakan kenaikan tarif untuk US$50 miliar atau sekitar Rp740 triliun sejak Juli 2018. Trump juga mengancam ada kenaikan tarif untuk US$267 miliar atau sekitar Rp4000 triliun jika Cina masih melawan dengan membalas kenaikan tarif ini.
Menanggapi ini, pemerintah Cina tetap melakukan retaliasi dengan menaikkan tarif untuk impor senilai US$60 miliar atau sekitar Rp890 triliun. Pemerintah Cina menyayangkan sikap AS dan mengatakan tidak akan mundur menghadapi perang dagang yang digelar Trump ini.
Jack Ma juga menanggapi perang dagang AS dan Cina ini pada ajang forum investor di Shanghai pada Selasa lalu. “AS menyukai kompetisi, Cina menyukai harmoni. Keduanya memiliki budaya berbeda,” kata dia.