TEMPO.CO, Jakarta - Topan Mangkhut menuju ke Hong Kong dan pesisir Cina pada Minggu 16 September, setelah menghantam Filipina.
Dilaporkan Reuters, 16 September 2018, topan tropis Mangkhut dianggap sebagai yang terkuat di wilayah ini pada tahun ini, dengan kecepatan angin 200 kilometer per jam, setara dengan badai kategori 5 di Atlantik.
Baca: Badai Mangkhut Datang, Warga Desa Nelayan Hong Kong Bersiap
Pihak berwenang Filipina mengatakan, sedikitnya 25 orang tewas, seperti yang dilaporkan dari Reuters pukul 12.26 WIB, termasuk seorang bayi dan seorang balita, kebanyakan dari korban meninggal saat tanah longsor di daerah pegunungan yang menyebabkan sedikitnya 13 orang hilang.
Bangunan yang rusak dihantam Topan Mangkhut yang melanda Filipina, di Laoag, Filipina 15 September 2018. [PHILIPPINE RED CROSS / via REUTERS]
"Tanah longsor terjadi ketika beberapa warga kembali ke rumah mereka setelah topan," kata koordinator penanggulangan bencana Francis Tolentino di Radio DZMM, menambahkan bahwa 5,7 juta orang telah terkena dampak.
Sementara menurut Dewan Manajemen Pengurangan Risiko Bencana Nasional Filipina (NDRRMC), seperti dilansir dari Philstar, sebanyak 63.769 keluarga atau 250.036 orang terkena dampak topan Ompong, nama lain dari topan Mangkhut.
Pusat evakuasi di Metro Manila, Calabarzon, Mimaropa, Cordillera, Ilocos, Lembah Cagayan, dan Luzon Tengah menampung 34.169 keluarga atau 133.457 orang.
Masih ada 3.741 keluarga atau 14.826 yang terkena dampak topan tetapi memilih untuk tidak tinggal di pusat evakuasi, tambah NDRRMC.
Penasehat presiden untuk urusan politik, Francis Tolentino, yang juga merupakan orang penting pemerintah untuk penanganan Topan, mengatakan bahwa korban tewas yang berjumlah 25 orang tewas sebagian besar karena tanah longsora. Dari 25 korban, dua puluh di antaranya berasal dari Cordillera.
Jumlah korban tewas dikhawatirkan akan meningkat, karena operasi penyelamatan dan pemulihan terus berlanjut.
Pemerintah telah memperpanjang, melalui Departemen Kesejahteraan Sosial dan Pembangunan, bantuan keuangan senilai 9.04 juta peso atau Rp 2,4 miliar untuk keluarga yang terkena dampak.
Seorang warga melintas diantara kios yang rusak akibat terjangan angin kencang Topan Mangkhut di kota Tuguegrao, Provinsi Cagayan, Filipina, 15 September 2018. Topan Mangkhut menurut para pakar cuaca merupakan badai terbesar tahun ini, merobohkan pepohonan, menghancurkan atap rumah dan mematikan aliran listrik. AP
NDRRMC juga melaporkan bahwa total 141 wilayah di Ilocos, Bicol, Eastern Visayas, Semenanjung Zamboanga, Mindanao Utara, Calabarzon, Cordillera dan Metro Manila mengalami gangguan listrik.
Hingga Sabtu, 15 September, 77 saluran transmisi terkena dampak topan Mangkhut, tetapi 33 di antaranya sudah dipulihkan.
Mangkhut, diambil dari kata Thailand untuk buah manggis, diperkirakan akan menghantam wilayah seluas 100 kilometer Hong Kong selatan dan membelok ke barat menuju pantai provinsi Guangdong selatan Cina dan pusat judi Macau.
"Menurut jalur prakiraan saat ini, Mangkhut akan paling dekat dengan Pearl River Delta sekitar tengah hari (pukul 2 siang waktu setempat)," kata Observatorium Hong Kong.
Warga rela meninggalkan rumahnya dan menempati tempat pengungsian menjelang hantaman badai Mangkhut di Cagayan, Filipina, 13 September 2018. Pemerintah Filipina telah mengimbau warganya bahwa pada Sabtu, Filipina akan diterjang badai Mangkhut. LGU Gonzaga Cagayan/Social Media/via REUTERS
Hong Kong menaikkan sinyal topan No. 10 tertinggi pada pertengahan pagi, ketika gelombang tinggi menghantam daerah dataran rendah dan angin kencang mengguncang jendela di banyak gedung pencakar langit yang menjulang tinggi.
Beberapa penduduk telah dievakuasi dari daerah dataran rendah dengan gelombang badai diperkirakan setinggi 3,5 meter.
Perjalanan puluhan ribu wisatawan terganggu setelah bandara internasional Hong Kong, membatalkan sebagian besar penerbangan.
Baca: Otoritas Filipina Naikkan Bahaya Badai Mangkhut Jadi Sinyal Empat
Sementara Macau menutup operasional tempat perjudian dan kasino pada Sabtu malam 15 September dan Tentara Pembebasan Rakyat Cina siaga untuk bantuanbencana.
Cina telah memerintahkan sekitar 6.000 kapal untuk kembali ke pelabuhan, dan mengevakuasi ribuan pekerja minyak di lepas pantai guna antisipasi topan Mangkhut setelah menerjang Filipina.