Kerja Sama Internasional
Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas membuka BDF Berlin Chapter dengan menekankan pentingnya kerja sama internasional menghadapi migrasi. “Ya, kami paham bahwa topik ini membuat masyarakat terbelah,” kata Menteri Heiko Maas.
Di kamp-kamp pengungsian di berbagai negara harus diakui terjadi penganiayaan atas hak-hak pengungsi. Banyak hal menjadi bahan bakar yang memicu polarisasi menghadapi gelombang migrasi, antara lain kecemasan akan jaminan pensiun, kesejahteraan, keamanan, dan pendidikan.
Namun, Menteri Heiko Maas menekankan, “Migrasi adalah fenomena alam.” Migrasi tak bisa ditolak dan tak akan bisa dihentikan. “Dia setua umur planet kita.” Gelombang migrasi tak bisa hanya diatasi sendirian oleh sebuah negara. “Gagasan bekerja sendirian terasa sangat naif,” kata Heiko Maas.
Baca:
Konflik di sebuah wilayah, di zaman digital ini, dengan mudah mempengaruhi stabilitas di negara lain. Regulasi tentang migrasi di sebuah negara pun tak bisa berjalan sendiri. Jerman dan Indonesia siap bergandeng tangan lebih intensif menghadapi tantangan migrasi. Perjanjian bilateral antara Jerman dan Indonesia juga menjadi bahasan dalam pertemuan ini.
Dunia internasional bisa dibilang juga mengalami kemajuan dalam pembahasan migrasi. Pertengahan tahun ini, 190 negara telah bersepakat menjalin kerja sama menghadapi migrasi melalui Konsultasi Kesepakatan Global Tentang Pengungsi.
Serangkaian perundingan masih diperlukan untuk menyepakati panduan, peraturan, dan kerangka kerja bersama, sehingga migrasi juga membawa kebaikan bagi negara asal dan negara yang menerima.
“Migrasi adalah topik yang sangat emosional,” kata Menteri Heiko Maas. “Karenanya, bagi saya, 190 negara sepakat menjalin kerja sama untuk mengatasi migrasi adalah seperti sebuah keajaiban.”