TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Spanyol memutuskan akan melanjutkan penjualan bom dan senjata ke Arab Saudi di bawah kontrak yang disepakati pada 2015. Keputusan itu diambil hanya seminggu setelah Spanyol mengatakan akan menangguhkan penjualan bom-bom ke Riyadh.
"Keputusannya adalah bom-bom ini akan dikirim untuk menghormati sebuah kontrak yang dibuat sejak 2015 dan dibuat oleh pemerintah sebelumnya," kata Menteri Luar Negeri Spanyol, Josep Borrell, seperti dikutip dari RT.com, Sabtu, 15 September 2018.
Dia mengatakan kontrak penjualan senjata ke Arab Saudi sudah dievaluasi sebanyak tiga kali oleh sebuah komisi yang mengotorisasi penjualan senjata. Sejumlah menteri pun dikerahkan untuk mengatasi masalah ini.
"Kami tidak menemukan alasan untuk tidak melanjutkan kontrak penjualan senjata ini," kata Borrell.
Baca: Spanyol Batalkan Penjualan Ratusan Senjata ke Arab Saudi
Aktivis Amnesty International menggotong replika bom dipandu laser, Paveway-IV pada saat melakukan protes penjualan senjata Inggris ke Arab Saudi melewati gedung Parlemen dan Downing Street di London, 18 Maret 2016. Mereka menyebutkan senjata tersbut digunakan Arab Saudi dalam Perang Yaman. Chris Ratcliffe/Getty Images
Baca: Amerika Serikat Tinjau Ulang Penjualan Senjata ke Arab Saudi
Sebelumnya 10 hari lalu, Kementerian Pertahanan Spanyol mengkonfirmasi telah menghentikan penjualan bom ke Riyadh menyusul meluasnya dugaan bahwa senjata-senjata mematikan itu telah digunakan untuk menghancurkan Yaman. Ketika itu, Spanyol pun menyatakan siap membayar US$ 10.6 juta atau sekitar Rp 148 miliar atas pembatalan ini.
Surat kabar El Pais mewartakan perusahaan kapal milik negara, Navantia, telah menandatangani kontrak senilai US$ 2.1 miliar atau Rp 31 triliun untuk menjual lima kapal perang jenis korvet ke Arab Saudi. Pemberitaan ini diterbitkan surat kabar asal Spanyol tersebut di tengah-tengah kritik internasional atas serangan bom ke Yaman yang dipimpin Arab Saudi. Koalisi Arab Saudi ini, telah tiga tahun mengintervensi perang sipil Yaman.