TEMPO.CO, Pyongyang – Pemerintah Korea Utara menolak tuduhan pemerintah Amerika Serikat bahwa negara komunis itu terlibat serangan siber pada 2014 dan 2017, yang menyasar perusahaan multinasional Sony Pictures Entertainment.
Baca:
Baca Juga:
Larangan Warga Amerika Serikat ke Korea Utara Diperpanjang
Reuters melansir pemerintah Korea Utara menyebut pelaku yang disebut AS sebagai tidak ada orangnya dan tuduhan itu sekadar kampanye untuk menjelek-jelekkan.
“Tindakan serangan siber yang disebut kementerian Kehakiman AS tidak terkait dengan kami,” kata Han Yong Song, seorang peneliti di Institut Studi Amerika, yang bernaung di bawah kementerian Luar Negeri Korea Utara, seperti dilansir media ABC pada Jumat, 14 September 2018. Song melansir pernyataannya ini lewat kantor berita KCNA di negara itu.
Baca Juga:
Lelaki bernama Park Jin Hyok dituding AS sebagai programmer yang terlibat dalam serangan ransomware Wannacry. Hyok juga disebut melakukan serangan siber terhadap bank sentral Bangladesh dan mencuri US$81 juta atau sekitar Rp1,2 triliun. AS meyakini Hyok bekerja di sebuah organisasi peretasan di Korea Utara.
Baca:
Bob Woodward Sebut Trump Nyaris Picu Perang dengan Korea Utara
Song mengatakan pemerintah AS harus mempertimbangkan konsekuensi negatif dari menyebarkan berita bohong dan menyebarkan hasutan melawan Korea Utara. Ini karena itu bisa mempengaruhi implementasi dari pernyataan bersama antara Korea Utara dan AS pada pertemuan puncak di Singapura beberapa waktu lalu.
“AS keliru total jika mengira dapat memperoleh keuntungan dari kami lewat kebohongan ini,” kata Song.
Nama Park Jin Hyok disebut kementerian Kehakiman AS sebagai programmer yang terlibat penyerangan malware WannaCry terhadap Sony Entertainment Pictuers. FBI
Sebelumnya, pemerintah AS menyatakan serangan siber Korea Utara terhadap Sony membuat sejumlah informasi sensitif pribadi milik pegawai bocor termasuk nomor keamanan sosial dan catatan keuangan serta informasi gaji. Surat elektronik milik petinggi Sony, yang sebagian isinya memalukan, juga ikut terungkap.
Baca:
Ulang Tahun ke 70, Korea Utara Pamer Kekuatan Militer
FBI, menurut ABC, menuding para peretas Korea utara sengaja menyebarkan malware WannaCry ke ratusan ribu komputer di rumah sakit, pabrik, kantor pemerintahan, bank dan bisnis di berbagai negara.
Ini membuat peretas negara itu bisa mengakses komputer yang terinfeksi kapan saja dan dari mana saja. Hyok disebut bekerja di sebuah perusahaan kamuflase Chosun Expo milik Korea Utara, yang beroperasi di Dalian, Cina.