TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan ingin mengakhiri sengketa kepulauan dengan Jepang. Laporan Al Jazeera menyebutkan Putin ingin negaranya menandatangani kesepakatan secara resmi untuk mengakhiri perselisihan masalah kepulauan, yang dimulai semasa Perang Dunia II.
Pernyataan Putin itu disampaikan pada Rabu, 12 September 2018, dalam sebuah acara forum ekonomi di Kota Vladivostok, sebelah timur Rusia. Di kota ini, tulis Al Jazeera, Putin bertemu dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe.
Baca: Rusia dan Jepang Mulai Bahas Kepulauan Sengketa
Foto yang diambil pada 2005 memperlihatkan Pulau Kunashiri, satu dari empat pulau yang diklaim Rusia sebagai Kepulauan Selatan Kuril di Selatan Rusia dan di teritori utara Jepang.[REUTERS/Kyodo]
"Ada ide yang masuk di kepala saya. Mari kita buat sebuah kesepakatan perdamaian sebelum akhir tahun ini tanpa prasyarat," kata Putin saat sesi tanya-jawab dalam forum tersebut. Ucapan Putin di depan peserta pertemuan dan wartawan mendapatkan tepuk tangan.
Sengketa antara Rusia dan Jepang dimulai lebih dari tujuh dekade lalu. Saat itu, Uni Soviet, sebelum terbelah, menduduki kawasan strategis di Kepulauan Kuril selama Perang Dunia II 1945. Dalam perselisihan tersebut, kedua negara saling mengklaim empat pulau. Kepulauan Selatan Kuril diklaim milik Rusia, sementara di Utara diakui Jepang.
Kepulauan Kuril.[Sputnik International]
Abe, dalam pertemuan itu, tidak menyambut langsung pidato Putin. Namun Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga belakangan mengatakan klaim kedua negara atas wilayah tersebut membutuhkan pemecahan kembali sebelum penandatanganan perjanjian.
Baca: Pertama Kalinya, Jepang Akan Tempatkan Militer di Okinawa
"Saya tidak ingin mengomentari apa yang disampaikan Presiden Putin. Persoalan sengketa kepulauan harus dipecahkan kembali sebelum ada perjanjian perdamaian," ucapnya.
Putin dan Abe beberapa kali menggelar pertemuan untuk menyelesaikan sengketa atas kepulauan yang diklaim milik kedua negara. Tahun lalu, Jepang memutuskan meningkatkan kemampuan misilnya di daerah strategis itu. Keputusan tersebut membuat Rusia khawatir.