TEMPO.CO, Jakarta - Media – media di Afganistan menghadapi tekanan untuk mengurangi wilayah liputan. Komite Perlindungan Wartawan menyebut, Afganistan saat ini telah menjadi salah satu negara paling mematikan di dunia bagi wartawan.
Tekanan itu semakin dirasakan oleh media-media di Afganistan setelah serangan kelompok garis keras Taliban, pada Rabu, 4 September 2018 di ibu kota Kabul. Serangan itu menewaskan 20 orang, yang diantara korban tewas itu dua reporter televisi.
Sebelumnya, serangan pada April 2018, telah menewaskan sembilan wartawan, fotografer dan juru kamera. Mereka tewas saat sedang meliput lokasi sebuah serangan bom.
Dikutip dari Reuters pada Selasa, 11 September 2018, Samim Faramarz, reporter Tolo News dan juru kamera bernama Ramiz Ahmadi, tewas dalam sebuah serangan bom mobil pada Rabu, 4 September 2018. Serangan itu diduga kuat memang menyasar para responden dan wartawan ketika hendak meliput sebuah serangan di sebuah klub gulat di ibu kota Kabul, Afganistan.
Baca: Afganistan, Kawasan Mengerikan bagi Jurnalis
Jurnalis bekerja di ruang redaksi Tolo di Kabul, Afganistan, 7 September 2018. REUTERS/Omar Sobhani
Baca: Wartawan Perang Tempo Berbagi Kisah, dari Afganistan sampai ISIS
Ini bukan kali pertama Tolo TV di Afganistan kehilangan wartawan yang tewas dalam sebuah serangan yang dilakukan oleh Taliban. Pada 2,5 tahun lalu, sebanyak tujuh karyawan Tolo TV tewas dalam sebuah serangan bom yang disembunyikan dalam bus yang hendak mengantar mereka pulang.
Pemimpin Redaksi Tolo News, Lotfullah Najafizada, mengatakan peliputan media telah banyak berkurang setelah meletupnya serangan paling mematikan pada April 2018 dan insiden pada 4 September 2018. Dua serangan bom itu, telah membuat media-media di Afganistan harus menahan diri untuk melakukan peliputan lebih jauh.
“Ruang lingkup peliputan kami menjadi berkurang. Kami telah kehilangan rekan kerja dalam empat serangan hanya dalam tempo dua tahun. Ini semua telah menunjukkan media di Afganistan menghadapi tekanan yang sangat besar,” kata Najafizada.
Semangat industri media di Afganistan telah menjadi satu dari sedikit kisah sukses yang tak terbantahkan pada tahun-tahun penggulingan Taliban. Hal ini ditandai dengan bermunculan sejumlah stasiun televisi seperti Tolo TV, 1TV, Ariana News, Shamshad TV dan Khurshid TV.
Kehadiran media asing di Afganistan telah banyak berkurang setelah dunia internasional menarik pasukan perdamaian di Afganistan pada 2014. Media-media di Afganistan telah mengisi kekosongan yang ditinggalkan media asing tersebut, tetapi tugas wartawan lokal ini telah semakin sulit.